RAGAM  

Diskusi Moderasi Beraga Menjadi Pembuka Kegiatan Uji Kompetensi Wartawan di UMS

WARTAMU.ID, Surakarta – Bertempat diaula Fakultas Komunikasi dan Informasi (FKI) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) telah berlangsung kegiatan uji kompetensi wartawan (UKW) oleh Lembaga Uji Kompetensi Wartawan (LUKW) Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Senin, 14/11/2022.

Dalam acara pembukaan diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Muhammadiyah dan dilanjut dengan sambutan dari perwakilan LUKW UMJ dan sambutan sekaligus membuka acara dari Kepala Balitbang Kemenag RI.

Asep Setiawan Perwakilan LUKW Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Memgucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang terlibat untuk melaksanakan kegiatan ini.

“Terimakasih atas kerjasamanya kepada pihak terkait sehingga acara UKW ini dapat terlaksana. Media masa merupakan elemen penting bagi masyarakat diera saat ini, bahkan Muhammadiyah telah menyiapkan diri untuk berdakwah dimedia masa sesuai tuntutan jaman”. Jelas Asep Setiawan.

Suyitno Kepala Balitbang Kemenag RI dalam sambutannya menjelaskan Kemenag melakukan Diklat kepada tokoh agama dan para aparat pegawainya seperti rektor, guru dll.

“Moderasi beraga ini sangat penting untuk untuk mencegah intoleransi antar pemeluk agama. Kegiatan Urgensi Syiar Moderasi dalam bingkai kerukunan beragama dimedia massa merupakan salah satu cara kerja sama Puslitbang Bimas Agama dan Layanan keagaaman dan diklat Kemenag RI dengan pelaksana UKW dari UMJ mengingat pentingnya media massa bagi masyarakat saat ini”.  Jelas Suyitno.

Beragama yang damai, beragama yang inklusif, beragama yang nyaman menjadi tujuan kita bersama. Tambah Suyitno. Setelah acara dibuka secara resmi, acara berlangsung dengan diskusi publik yang dimoderatori oleh Agus Wahyudi dan 3 pemateri (Haris dari Kemenag RI, Roni Tabroni dari MPI PP Muhammadiyah dan Makroen dari Praktisi media).

Komitmen Kemenag RI dalam menguatkan moderasi beragama menjadi karakter bangsa Indonesia. Konsep Islam dalam Al-Qur’an maupun Hadits sudah sangat paripurna hanya semangat ini harus terus kita jaga.

“Moderasi ini adalah proses dan kerukuran umat beragama adalah hasilnya”. Jelas Haris.

Sementata itu, Roni Tabroni menyampaikan  Hebatnya Media Massa bisa membuat seseorang belajar agama darinya, sehingga ada saja orang yang belajar agama bukan dari gurunya, ustadnya atau ketia organisasi agamanya karena merasa bisa belajar agama dari media massa. Jelas Roni Tabroni.

“Bandingkan budaya orang dulu jam berapa berangkat kekebun dan jam berapa ia sekarang berangkat kekebun setelah ada media televisi dll”. Ungkap Roni Tabroni.

Kominfo pemguasa media dan Kemenag juga tidak boleh acuh terhadap moderasi oleh media massa, mengingat ada saja media ekstrim yang terus mengkampanyekan intoleransi sebagaimana dijelaskan Makroen Sanjaya dari Praktisi Media.

“Dari tahun 2009 mereka yang intoleran sudah menggunakan youtube sebagai media dakwahnya, dimana peran Kominfo dan Kemenag RI maupun organisasi keagamaan dalam peran moderasi beragama ini.  Belum lagi  medsos seperti Instagram dll mereka sangat luar biasa gerakannya dan tidak mungkin setelah besar nantinya akan secara terang-terangan mereka membangkang terhadap aturan Negara”. Jelas Makroen Sanjaya.

Acara diskusi publik tersebut berlangsung sampai dengan pukul 12:00 Wib dan dilanjut dengan acara selanjutnya.