WARTAMU.ID, Suara Pembaca – Sebelum menginjak 1 Ramadhan 1443 Hijriah kemarin, Ramadhan tahun 2022 kali ini dihadapkan dengan perbedaan penentuan 1 Ramadhan antara Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama juga Mentri Agama Republik Indonesia. Perbedaan diantaranya mempunyai landasan serta hujah yang kuat. Muhammadiyah menjatuhkan 1 Ramadhan pada 2 April, Nahdatul Ulama dan Mentri Agama Republik Indonesia pada 3 April.
Mari rajut kebersamaan dalam perbedaan, karena ada rentetan ibadah di bulan suci Ramadhan ini yang esensi yang tidak boleh dilupakan. Tentu menjalankannya dengan spirit fastabiqul khairat. Bersyukur Ramadhan kali ini kita bisa menjalankan tarawih di Masjid dengan tenang, dua tahun sebelumnya kita dalam atmosfer kewaspadaan pandemi covid-19 yang mengakibatkan menjalankan ibadah di rumah.
Jika kita bertolak kepada landasan epistemologi pensyariatan ibadah puasa yang termanifestasi dalam QS Al-Baqarah ayat 183, bahwa puasa diharapkan dapat membentuk insan yang bertakwa. ‘La’allakum Tattaqun’ kalimat penutup dalam akhir ayat itu secara jelas menyimpulkan bahwa out put yang diharapkan dari ibadah puasa adalah ketakwaan pada diri orang yang beriman.
Iman dalam makna filosofis ialah tauhid yang menancap dalam diri seorang hamba. Takwa secara bahasa dapat kita artikan sebagai bentuk ketakutan kepada Allah SWT yang berwujud ketaatan. Dalam terminologi akidahnya dapat diartikan sebagai sikap mawas diri dalam rangka melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhkan diri dari segala larangannya
Peristiwa di bulan Ramadhan
Bulan Ramadhan adalah bulan kasih sayang Tuhan. Dalam bukunya Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA yang berjudul “Islam Fungsional” diungkapkan banyak sekali peristiwa monumental yang terjadi di bulan Ramadhan khususnya dalam sejarah dunia Islam. Sebutlah misalnya Lailatul Qadr, malam turunnya Al-Qur’an ke langit bumi sekaigus menandai kenabian dan kerasulan Muhammad SAW.
Peristiwa fenomenal lain yang terjadi di bulan Ramadhan ialah perebutan kembali kota suci Mekah (Fath Makkah), penaklukan sejumlah wilayah-wilayah baru dalam dunia Islam. Semua peperangan yang dilakukan dalam bulan Ramadhan, umat Islam mengalami kemenangan besar, termasuk diantaranya Perang Badr yang terkenal itu.
Sebagai umat Islam Indonesia, kita tidak boleh lupa, bahwa proklamasi kemerdekaan yang setiap tahun kita peringati juga bertepatan di bulan suci Ramadhan. Banyak juga negara yang mayoritas pendudknya Islam mencapai kemerdekaan pada bulan suci Ramadhan. Peristiwa lainnya pendirian Universitas Al-Azhar Kairo Mesir, yang merupakan universitas pertama di dunia. Didirikan antara tahun 970-972 M, lebih dari seribu tahun yang lalu oleh Dinasti Fatimiyah di Mesir.
Internaisasi Nilai Ramadhan
Sudah bukan rahasia lagi bahwa puasa bisa menciptakan tubuh yang sehat, ‘sumu tashihhu’ (Berpuasalah supaya kalian sehat) kata Rasulullah. Semoga spirit kemerdekaan juga terinternalisasi pada kita khususnya dalam momentum ibadah puasa Ramadhan ini. Kemerdekaan hakiki adalah kemerdekaan batin. Kemerdekaan fisik baru bisa berarti jika diiringi dengan kemerdekaan batin. Bahkan seandainya harus memilih, kemerdekaan batin jauh lebih bermakna dari pada kemerdekaan fisik.
Nabi Yusuf pernah berkata, sebagaimana dikutip di dalam Al-Qur’an : “Wahai Tuhanku! Penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka. Jika aku tidak Engkau hindarkan dari tipu daya mereka, niscaya aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentu aku termasuk orang yang bodoh.” (QS. Yusuf : 33).
Bilal bin Rabah juga memilih untuk diseret kuda di atas panasnya padang pasir Arab, daripada dibebaskan dari perbudakan tetapi harus meninggalkan aqidah Islam. Nabi Yusuf dan Bilal mungkin juga kita, kemerdekaan paling berharga adalah kemerdekaan batin. Itulah sebabnya persyaratan seorang muslim harus melafalkan dua kalimat syahadat yang isinya deklarasi kebebasan batin untuk meninggalkan segala sesuatu untuk dijadikan Tuhan. Tiada Tuhan selain Allah !
Ramadhan 1443 H ini, diharapkan akan terbentuk suasana batin yang lebih ideal karena jiwa dan pikiran mayoritas penghuni bangsa ini telah mengalami peroses pembersihan. Kita berharap semangat Ramadhan mampu melahirkan etika politik dan keadaban publik yang makin santun. Tidak terjadi lagi kasus kekerasan seperti yang menimpa Ade Armando, panasnya atmosfer di sosial media karena ujaran kebencian semakin menurun. Sehingga bangsa ini bisa kembali menjadi bangsa yang besar dan diperhitungkan oleh negara-negara lain. Aamiin