Pentingnya Memahami Metode Hijrah Kontemporer

Ilustrasi Foto Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta

WARTAMU.ID, Humaniora – Kesadaran manusia modern untuk kembali hijrah sudah semakin besar, kuat dan semakin progres terhadap kesadaran religi untuk meningkatkan semangat spritualitasnya. Tentu saja hijrahnya bukan sekadar hijrah biasa yang hanya menjadi trendy bagaikan trend fashion yang selalu berubah-ubah dan terus silih berganti. Karena hijrah itu adalah bentuk komitmen dan konsistensi terhadap apapun, sehingga harus mampu menerima konsekuensinya dalam menerapkan proses hijrah.

Saat sudah memantapkan diri dan sudah memantaskan diri untuk hijrah, maka akan terjadi perjalanan panjang yang sebenarnya, hak itu layakanya seorang pejuang dan pengembara yang sedang melalui segala rintangannya. Sebab, tidak akan sampai proses hijrahnya untuk menjadi Hijrah Hasanah. Jika masih saja salah dalam melangkah, yang kemudian dilakukan dengan salah niat bagaikan tersesat di hutan tanpa tahu tujuan apapun. Ada banyak beberapa hal yang harus dipelajari dan diamalkan untuk bisa hijrah sesuai tuntunan Islam yang baik dan benar.

Metode untuk hijrah kontemporer dewasa ini lebih terlihat kekinian dan disesuaikan dengan kontekstual saat ini. Yang pertama adalah Metode Refleksi, kita bisa melakukan sesuatu dengan cara pemulihan, penyegaran, dan pemurnian atau penjernihan pikiran untuk melakukan hijrah. Merefleksi segala sesuatu yang ada pada diri kita baik di masa lalu, di masa kini, dan di masa yang akan datang terhadap semua perencanaan, impian dan harapan itu. Sebab dengan nilai refleksi inilah kita tidak akan salah langkah untuk hijrah dan tidak akan sampai ada rasa penyesalan besar lagi nantinya.

Maka refleksikan dulu pikiran dan perbuatan kita agar hati menjadi ikhlas juga tulus dalam menjalani hijrah ini. Yang kedua adalah metode Implementasi, yang sudah pasti mengimplementasikan atau mengamalkan secara konkrit atau nyata makna hijrah, sesuai dengan syariat dan sesuai dengan kebebasan kita sebagai muslim yang tetap bersumber dari Al-Qur’an, Hadits, Ijma,Qiyas dan hukum Islam lainnya.

Dengan demikian kita akan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari setelah banyak belajar dan mengetahui sumber-sumber yang jelas, sebagai ilmu dan pengetahuan untuk berhijrah. Ini adalah bentuk konsekuensi dari hijrah yaitu mau enggak mau, suka tidak suka, sanggup tidak sanggup juga sudah mantap untuk hijrah maka harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari walau tidak sesuai dengan hasrat dan keinginan kita yang selama ini cendrung untuk maksiat dan suka berfoya- foya atau pun perilaku jahiliah lainnya.

Maka nilai implementasi adalah wujud kita untuk melalui hijrah ini yang merupakan bentuk menyatukan hati karena Allah dan pada Allah kita berhijrah. Selanjutnya yang sering diabaikan adalah Metode Evaluasi, jika kita mengambil pelajaran atau hikmah yang sudah terjadi, baik dari sisi kebaikan dan dari sisi keburukan itu sendiri. Setiap kebaikan apapun yang telah kita lakukan haruslah diulang, termasuk dengan proses tarbiyah hijrah yang sedang kita jalani. Maka teruslah untuk melakukan evaluasi terhadap diri sendiri dan perbanyak untuk menilai, mengukur, membaca diri sendiri agar segera diperbaiki bila masih banyak keburukan apalagi kepada orang lain.

Terimalah dengan rasa cinta kasih sebagai bentuk kepedulian jika ada yang mengoreksi atau mengingatkan kita, agar senantiasa hijrah ini berkah dan penuh anugerah tidak lagi karena musibah. Yang keempat adalah metode Interpretasi, yakni dalam memahami informasi dan mampu menguraikan masalah-masalah yang telah dilakukan dengan merujuk dan bersumber pada dalil aqli dan naqli tentunya. Jangan sampai karena hijrah ini, tapi selalu menginterpretasinya atau menafsirkannya hanya sesuai selera logika yang dapat bertentangan dengan kaidah dan akidah.

Nilai interpretasi ini adalah cara berpikir dalam memahami perjalanan hijrah, agar tidak salah memahami mana yang benar dan mana yang salah, serta dimulai dari mana dengan siapa dan bersama siapa. Hal yang terpenting adalah sikap yang teguh pendirian atau istiqomah dalam menjalaninya dan sudah benar-benar kuat dalam melaksanakannya, sehingga tidak lagi ada rasa keterpaksaan atau rasa ketidaksukaan terhadapnya. Jika sudah ada dalam bentuk konsistensi ini maka sudah dipastikan akan kominten dan bertanggung jawab terhadap masalah yang ada pada diri sendiri.

Metode hijrah kontemporer kali ini dapat dilakukan dan diselesaikan dengan bentuk yang sederhana, agar kita bisa melaluinya dengan ilmu yang luas dan bukan dengan nafsu yang besar. Namun dalam proses hijrah kita harus terus melakukan refleksi dan mencari referensi dalam spritualitas, untuk mengolah rasa kecintaan terhadap Islam sebagai agama yang kita yakini dengan jalan yang benar pula. Sebab, hal ini agar kita tidak dengan mudahnya mengatakan dan menilai hijrah hanya dengan bentuk Hidayah yang ditunggu atau diberikan begitu saja tanpa usaha. Karena dalam hijrah itu masih ada ukurannya dan prosesnya yang bisa kita lakukan bukan semata karena menunggu hidayah, melainkan ikhtiar menjemput dan berniat berubah menjadi yang lebih baik.

Hidayah itu selalu ada untuk kita yang menjemputnya dan menyadarinya atas izin Allah Swt, maka proses hijrah yang kita lakukan dapat menyelematkan hidup kita di dunia menuju akhirat dengan Istiqomah dan tidak lagi jatuh pada masa lalu kelam penuh kegelapan dalam kejahilan lagi.

Oleh: As’ad Bukhari, S.Sos., MA.
(Analis Kajian Islam, Pembangunan dan Kebijakan Publik/Islamic Studies)

Artikel ini merupakan kiriman pembaca wartamu.id. (Terimakasih – Redaksi)