WARTAMU.ID, Humaniora – Pandemi Covid 19 memberikan dampak hampir kesemua lini kehidupan. Tak terkecuali dalam bidang pendidikan. Baik guru dan siswa mengalami apa yang disebut dengan pembelajaran daring yang “memaksa” semua pihak untuk lebih awas teknologi dan memanfaatkannya untuk pembelajaran. Meskipun tak sepenuhnya bisa menggantikan pembelajaran di kelas seperti biasanya, akan tetapi ini merupakan salah satu jalan terbaik agar pembelajaran tetap berlangsung. Selama hampir 2 tahun lebih pembelajaran daring dikarenakan pandemi Covid 19, tentunya menimbulkan dampak yang dirasakan baik dari pihak guru dan pihak siswa. Salah satunya adalah Learning Loss atau hilangnya pembelajaran.
Learning loss atau hilangnya pembelajaran yang diakibatkan oleh pembelajaran sistem daring selama masa pandemi ini telah menempatkan pendidikan di Indonesia kedalam masa krisis. Berdasar data yang dihimpun oleh Kemendikbudristekdikti banyak siswa yang tidak mampu memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep matematika dasar. Sekitar 70% siswa usia 15 tahun berada dibawah kompetensi minimum membaca dan matematika.
Menjawab tantangan tersebut melalui program Kampus Merdeka, diluncurkanlah program Kampus Mengajar. Inisiasi awal program ini awalnya ditujukan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa lintas fakultas dan universitas untuk mengembangkan diri melalui kegiatan di luar kampus, dengan berkolaborasi dan bersinergi bersama guru dan sekolah. Dengan kesempatan ini, mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan softskill mendampingi dan berkolaborasiu untuk merancang strategi, metode, dan model pembelajaran di SD dan SMP yang dipilih oleh Kemendikbudristekdikti.
Hingga masa setelah pandemi ini yaitu pada tahun 2022, Kampus Mengajar ini sudah memasuki batch 3. Angkatan 3 ini tentunya mengemban misi tersendiri untuk lebih mempercepat pemulihan pembelajaran dan menguatkan kembali kemampuan literasi dan numerasi siswa dengan bekal yang didapat dari rangkaian pembekalan dari panitia Kampus Mengajar. Agar kemampuan siswa SD dan SMP lebih meningkat secara signifikan, mahasiswa Kampus Mengajar 3 ini wajib mensosialisasikan produk-produk pembeljaran yang dinilai paten yaitu kurikulum darurat, kurikulum merdeka, kurikulum paradigma, modul pembelajaran, AKSI, Portal Rumah Belajar) dan membantu guru mengadaptasi teknologi dalam pembelajaran.
Sebagai pengalaman penulis, menjadi pendamping kampus mengajar di salah satu sekolah yang ditunjuk oleh Kemendikbudristekdikti untuk bersinergi dan berkolaborasi demi mewujudkan tujuan Kampus Mengajar 3 ini adalah SD Negeri 1 Way Halom. SD Negeri yang terkenal oleh masyarakat sekitar dnegan sebutan SD “pink” ini menjawab tantangan untuk bersedia memajukan literasi dan numerasi siswa pasca pandemi melalui program ini. SD yang dipimpin oleh Bapak Yurialin, S.Pd. ini dengan semangat ingin berubah kearah lebih baik selalu menyambut baik semua program yang dirancang oleh mahasiswa yang mengabdikan diri disekolah ini.
Dimana kegiatan ini disambut baik oleh pihak Kepala Sekolah di program Kampus Mengajar 2, rupanya membuat panitia Kampus Mengajar menunjuk lagi sekolah “Pink” ini. Dilihat dari respon yang baik dari pihak sekolah sehingga tak ayal lagi sekolah ini layak diberi kesempatan lebih untuk memajukan pendidikan kearah yang leih baik. Kali ini seluruh mahasiswa yang terlibat pada kegiatan ini di SD Negeri 1 Way Halom berasal dari Universitas Muhammadiyah Pringsewu. Kesemuanya dari Fakultas Ilmu Pendikan yang mumpuni dalam hal ilmu pedagogik dan pendidikan.
Dari awal mahasiswa melakukan observasi sekolah yang meliputi lingkungan sekolah, administrasi sekolah, organisasi sekolah, dan proses pembelajaran sehingga didapatkan identifikasi permasalahan dan solusi penangannya. Selama masa pengabdian Kampus Mengajar 3 telah menyusun program-program yang dinilai solutif untuk menghadapi permasalahandi SD Negeri 1 Way Halom yaitu Pengenalan Teknologi Pembelajaran kepada guru dan siswa, Fun Learning, Jumat Religi, dan Sahabat Belajar.
Pihak sekolah menyambut baik program-program tersebut dengan antusias dengan harapan bahwa pembelajaran akan semakin banyak variasinya. Hal ini pun mendapat respon yang baik dari Kepala Sekolah.
Sampai pada akhir kegiatan ini telah membawa perubahan pada sekolah SD Negeri 1 Way Halom. Perubahan yang berarti tidak akan terjadi tanpa adanya dukungan dari pihak sekolah itu sendiri. Dengan programprogram yang dilakasanakan selama 20 minggu pengabdian, terbukti dapat menarik minat anak untuk belajar literasi dan numerasi dengan menggunkan produk Kemendikbudristekdikti, guru semakin terbantu dengan proses administrasi sekolah dengan program adaptasi teknologi, Fun Learning mengajak siswa untuk lebih teratrik berhitung dan membaca dengan memanfaatkan kondisi luar kelas dan kearifan lokal desa Way Halom, dan semakin terbangunnya kedekatan psikologis antara siswa dan guru dalam pembelajaran melalui kegiatan Sahabat Belajar.
Selama 20 minggu pengabdian Kampus Mengajar 3 di SD Negeri 1 Way Halom mahasiswa selalu berinovasi untuk menepis efek negatif pembelajaran daring yang membuat jenuh siswa dan guru, dengan mengadakan rangkaian kegiatan yang membersamai guru dan siswa di bulan Ramadhan. Tentunya kegiatan inipun mendapat respon positif dari pihak sekolah, wali murid dan siswa.
Penjelasan diatas merupakan gambaran pelaksanaan dari dampak positif tentang pelaksanaan Kampus Mengajar 3 di SD Negeri 1 Way Halom. SD Negeri 1 Way Halom ini satu dari ribuan SD yang ditunjuk sebagai tempat pelaksanaan Kampus Mengajar 3. Tentunya masih banyak kisah inspiratif dan memotivasi mahasiswa dalam mengabdi dan memajukan pendidikan Indonesia. Hal ini juga berarti masih banyak lagi hasil-hasil yang lebih membanggakan dari program Kampus Mengajar 3.
Tentu tulisan ini bukan hanya saja menampilkan laporan program di SD N 1 Way Halom dalam bersinergi dan berkolaborasi dalam mencapai tujuan Kampus Mengajar 3 saja, akan tetapi juga bertujuan sebagai penyeimbang berita kontra tentang program Kampus Mengajar. Hadirnya program ini tentunya telah mengalami perbaikan dan proses diskusi yang panjang. Hal itu saya rasakan sendiri sebagai Dosen Pembimbing Lapangan untuk Kampus Mengajar 1, 2, dan 3 ini. Kampus Mengajar telah banyak berbenah kearah yang lebih baik. Hal ini terbukti pada SD Negeri 1 Way Halom. Oleh karena itu, program Kampus Mengajar 3 ini sudah selayaknya diapresiasi sebagai program yang membantu sekolah untuk mulai bersiap berbenah dengan lebih mengutamakan kemajuan literasi dan numerasi siswa demi kemajuan pembelajaran bangkit dari loss learning. Untuk saat ini, saya rasa jika setiap Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), mahasiswa, dan pihak sekolah dapat bersinergi dan berkolaborasi dengan baik maka tidak mustahil percepatan pemulihan dari Loss Learning akan kita capai.
Besar harapan kedepannya Program Kampus Mengajar 4 akan hadir ditengah kita dengan perbaikan-perbaikan yang lebih solutif dalam menangani kasus Loss Learning dan banyak lagi produk-produk pembelajaran yang bisa diperkenalkan kepada sekolah, pembaruan dari pengenalan kurikulum darurat ke kurikulum merdeka belajar sehingga kedepannya sekolah semakin siap menyambut perubahan pembeljaran yang lebih tanggap pasca pandemi ini. Jaya Kampus Mengajar!
Oleh : Rahmatika Kayyis
Dosen Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Artikel ini merupakan kiriman pembaca wartamu.id. (Terimakasih – Redaksi)