RAGAM  

Wabah Penyakit Dari Budaya Koruptif

Foto : Nara Sumber

Oleh : As’ad Bukhari, S.Sos., MA.
(Analis Kajian Islam, Pembangunan dan kebijakan Publik)

WARTAMU.ID – Para koruptor merajalela di negeri yang katanya subur dan makmur ini. Memperkaya diri hanya untuk urusan perut, urusan harta, urusan kemewahan dan asesoris kehidupan lainnya. Menjadi elit bangsa yang menikmati dari hasil kekayaan ternyata membuatnya tak kenyang dan puas, sehingga selalu merugikan negara namun tak peduli dan persetan itu semua. Hal itu dikarenakan sistem politik kekuasaan yang begitu mahal, sulit, mewah, dan membutuhkan banyak logistik untuk menjadi elit kekuasaan sekaligus merebut pintu-pintu kekayaan melalui jalurnya baik masuk di parlemen maupun di kabinet istana. Kong kali kong, koruptif kolektif, korupsi jamaah, nyolong rame-rame adalah budaya dan gaya para pejabat dan elit terhadap kekuasaan. Begitu nikmat dan semua bisa diatur asalkan uang, keuntungan, barang dan apapun bisa didapatkan.

Hukum hanyalah sebatas mainan dan bagaikan democrazy games yang gambarannya bagaikan permainan judi baik secara online atau offline hanya mekanisme dan aturan mainnya saja yang berbeda. Hukum itu tak punya kuasa alias tumpul bagi para elit pejabat dan koruptor bahkan mafia negeri. Hukum begitu tajam, keras, runcing dan ganas dari arah menengah sampai ke bawah. Terbukti dari kasus-kasus kecuil lebih banyak dijadikan tugas utama ketimbang kasus-kasus besar yang ruginya lebih besar. Semacam ada Lingkaran setan yang saling menjerat, saling mengikat dan saling menggangtungkan satu sama lain yang akhirnya perangkap demi perangkap bisa masuk di dalamnya. Tinggal bagaimana bisa mendapatkan keberuntungan dan kebejoan saja agar tidak sampai ke ranah publik, tidak terskpos media dan di blow up serta di show up ke permukaan saja. Negeri kriminal yang hanya di bungkus dan dikemas layaknya negeri aman, damai, sentosa, bersih, subur, makmur, kaya dan emberedel lainnya.

Wabah penyakit budaya koruptif adalah salah satu yang paling eksis dan sukses di negeri yang indah ini. Ini menjadi gaya hidup dan life style dari para elitis, pejabat, dan tokoh-tokoh yang gemar dengan harta, kekuasaan dan kekayaaan. Wabah penyakit ini bagi pelaku tidaklah mematikan lengkahnya, karirnya jabatannya, kehidupannya dana segalanya karena hukum dalam kendalinya. Wabah ini hanya menyeramkan bagi rakyat kecil yang tak bervokal alias yang menjadi agen-agen penjilat saja yang merasakannnya namun tetap mendapat bagian dari hasilnya. Semacam wabah musiman yang memiliki waktu dan momentum yang tepat, serta ditangani secara khusus serasa kelas eksklusif dan spesial tiada duanya. Wabah ini bisa datang dan pergi, hilang dan muncul serta timbul dan meredam. Sehingga menjadi virus tindakan koruptif konstruktif di negeri yang katanya damai ini. Budaya koruptif inilah yang dianggap sebagai kemajuan berbangsa dan bernegara, akibat dari modal politik dan modal berkuasa dengan cara instan dan serba cepat lagi ada.

Sangat miris dan memalukan itu hanyalah penilaian normatif saja, sebab faktanya dan realitanya justru menjadi sebuah kebanggan, keberhasilan, dan kesuksesan bila telah menjadi bagian yang pernah bahkan berpengalaman menjadi koruptor negeri. Ada yang memulai karir koruptor ini dari tingkat dan level terendah ataupun terkecil sampai pada level tertinggi. Budaya koruptif ini seperti sebuah musim trend yang sedang berkembang lalu hilang lalu muncul lagi, ada siklus dan rantainya yang tak akan mudah diinterpretasikan dengan mudah. Wabah penyakit budaya koruptif ini menjadi sebuah nilai dasar kehidupan bernegara di ranah publik yang tiada lagi menyeramkan ataupun menggelisahkan. Sebab di sana akan ada seragam yang keren, tempat yang nyaman, jaminan hukum yang mewah, jaringan dukungan yang luas, selalu populer dalam pemberitaan, diamati dan digemari banyak publik bahkan menjadi cita-cita sebagian bibit bangsa yang tidak mengerti akan kejahatan negara budaya koruptif ini. Koruptor merajalela di mana-mana sambil tersenyum manis, tertawa bahagia, dan tertunaikan sebuah tugas mulianya. Baginya negeri ini kecil, gampang, sepele semua bisa diatur dan semua bisa dilakukan dengan mudahnya.

Virus korupsi, kolusi dan nepotisme ini adalah bagian yang paling menguntungkan untuk dilakukan dan dikembangkan. Sebab penawarnya pun ada karena semua bisa dikenadalikan dengan mudah. Posisi sebagai elit bangsa sudah ditangan dan dicapai maka distitulah hukum hanya berada di saku, di kantong dan di alas kaki saja. Mau dikatakan seperti apapun, dikecam bagaimanapun, ditindak sekeras apapun, diintervesi sehebat apapun tak akan mudah lagi goyah, sebab dia leluasa punya kuasa bagaikan tangan besi, benteng istana dan markas besar yang tidak akan bisa dibidik. Penegak hukum semua adalah kawannya dan semua bisa menjadi bagian dari lingkarannya karena kekuatan itu berada dipundaknya. Negeri kacau penuh drama kekyaaan habis di mana-mana, uang kas terkuras entah ke mana, alam tereksploitasi entah untuk siapa, negeri hancur entah salah siapa dan gambaran-gambaran sadis lainnya mewarnai negeri yang katanya indah permai lagi damai aman sentosa.