RAGAM  

Kebencian Melahirkan Terorisme Agama

Ilustrasi Kebencian Melahirkan Terorisme Agama (Pixabay)

WARTAMU.ID, Suara Pembaca – Ketidakadilan selalu menimbulkan kebencian dan kekerasan yang sering disebut dengan paham radikalisme serta ekstrimisme dengan doktrin agama yang beragam. Namun tidak hanya itu melainkan kebencian terhadap SARA menjadi alasan sekaligus argumentasi kebencian yang menimbulkan kekerasan. Hanya saja faktor agama yang selalu menjadi faktor yang mendominasi akibat propaganda maupun kepentingan sekelompok yang menguasai dunia global beserra kekuasaan yang mengarunginya. Kebencian itu esensinya bukan pada masyarakatnya, pengikutnya, atau anggotanya melainkan ia lahir dari narasi sekaligus propaganda maupun adu domba aktor intelektual serta pada pihak berkepentingan dalam menjajaki kekuasaan yang multidimensi. Tidak ada akibat tanpa sebab kecuali yang datangnya dari kuasa Tuhan, begitu pula tidak ada sebab bila tidak ada akibat bila itu darangnya dari tangan-tangan manusia itu sendiri. Kebencian memang selalu diblow up dan didisplay ke permukaan untuk mempengaruhi cara pandang publik atau masyarakat yang sangat rentan terkontaminasi stimulus kebencian yang akhirnya membawa dirinya sebagai manusia yang berontak atas nama agama demi keadilan. Itulah kenapa faktor agama sangat memengaruhi dalam melahirkan terorisme, dalam hal ini tentu stigma pada salah satu atau semua agama.

Istilah terorisme lahir di kalangan negeri barat ketika memainkan propaganda politik sebagai bentuk ekspansi ke negara-negara berkembang yang kaya akan sumber daya alamnya dengan mempengaruhi politisi dalam negerinya sekaligus melakukan neo imperialisme untuk mendapatkan keuntungan yang diinginkan. Karena awal mula terorisme ini menjadi isu publik secara internasional yang memberikan ketakutan, kekhawatiran, kebencian, kemarahan, rasa mengutuk, keji dan sebagainya yang sekaligus juga melahirkan keberanian, kedekatan, solidaritas, perlawanan, pertentangan yang begitu kuatnya. Sehingga terorisme lahir atas dasar kepentingan kekuasaan baik itu kekuasaan atas dirinya, atas politiknya, atas agamanya, atas rasnya, atas adatnya dan yang lainnya. Isu inilah yang paling membuat negara bisa boros dan bisa membuat publik gaduh yang menjadi sebab akibatnya serta menjadi saling curiga mencurigai antar satu dengan yang lainnya. Terorisme selalu menjadi alat untuk melakukan resistensi terhadap eksistensi ideologi terhadap ketidakadilan maupun terhadap kebencian yang membesar.

Kebencian melahirkan terorisme agama yang dimaksud kali ini ialah menggambarkan bahwa gejolak masyarakat terhadap realitas sosial politik yang dianggap diskriminasi dan toleransi yang justru memberi ruang ketidakadilan. Kebencian itu diakibatkan karena propaganda politik nasional dan internasional yang selalu cendrung menyudutkan, memojokkan, menstigamasisasikan dan menjastifikasi pada faktor agama. Sehingga kebencian justru melahirkan terorisme agama yang bertindak atas nama agama sesuai pemahamannya. Misi agama yang dipahami oleh masyarakat selalu akibat dari polemik, propaganda, dan perdebatan orang-orang yabg tidak bertanggung jawab karena kepentingan dan kekuasaan dalam versinya masing-masing. Paham melakukan teror agama menjadi hal yang paling menarik mempengaruhi politik, sosial, dan budaya di semua tingkatan. Tafsir agama dengan metode liberasi dan sesuai akal pikiran individu atau kelompok menjadi salah makna serta pemahaman yang justru malah membawa kebencian, kekerasan dan kehancuran demi pengakuan sekaligus kehormatan. Yang bila ditarik garis kepentingannya selalu menyangkut pada politik kekuasaan dan pada politik kepentingan baik secara nasional maupun secara internasional akibat uang, materi bahkan proyek yang berbicara.

Tentu agama tidak mengajarkan pemahaman terorisme ataupun ajaran melakukan teror untuk menakuti siapapun dan lebih mengedepankan ajaran kebaikan, kasih sayang sekaligus toleransi yang sesuai dengan kaidah keagamaan masing-masing yang bukan disalahkartikan oleh pihak kaum akademisi, politisi dan praktisi destruktif. Bahwa terorisme lahir dari kebencian merupakan keniscayaan dan realitas sosial yang amoral secara perlahan yang kemudian membesar sampai pada tindakan resistensi teror dan ekstrim yakni membunuh, merusak dan menghancurkan serta menghabisi apa saja. Sehingga terorisme agama menjadi stigma dan dogma masyarakat yang mengakar sekaligus menjadi virus pemikiran atas dasar teror melalui aspek agama. Agama menjadi permainan propaganda untuk melakukan terorisme apapun itu jenis agamanya sekalipun itu agama langit atau agama bumi oleh pihak berkepentingan yang mempengaruhi kehidupan manusia. Sebab semua itu pasti bagian dari serangkaian panjang kepentingan yang terakomodir atau justru yang terpinggirkan atau tersingkirkan. Terosisme selalu menguntungkan berbagai pihak, individu, institusi, lembaga, korporasi, dan yang mengambil keuntungan didalamnya begitu juga selalu merugikan bagi yang dirugikan tentunya.

Kebencian melahirkan terorisme agama itu akibat arogansi, egosime dan kesewenang-wenangan terhadap kelompok agama satu dengan yang lainnya yang tidak mampu mengendalikan, memfilterisasi dan menahan gejolak kekuasaan dengan cara kekerasan serta pembunuhan. Agama selalu dibawa-bawa untuk melancar misi teror paling besar dominasinya ketimbang ras, suku, adat atau budaya. Siapapun yang melahirkan pemikiran teror dan ekstrim pasti akan mendapatkan kepentingan dan kepuasan. Sebab ia selalu memulai dan mengawali dari menebar kebencian, adu domba, polemik yang tak berujung, diskriminasi yang semena-mena, kebijakan yang penuh ketidakadilan, ketidakpastian hukum yang merajalela dan kejahatan yang terus berkuasa. Teror kejahatan dan menakuti kelompok agama lain karena aksi terorisme agama yang disalahtafsirkan menjadi kehancuran moralitas dan peradaban umat manusia di era modernisasi. Kemajuan zaman tidak menjamin kemajuan pola pikir manusia khususnya dalam memahami konteks keagamaan baik di ruang privat maupun publik, baik secara nasional maupun intenasional, baik secara sosial maupun politik, baik secara misi kegamaan maupun misi kemanusiaan, baik secara individu maupun kelompok dan seterusnya. Kesalahan umat manusia abad kontemporer dari aulit sampai elit, dari kalangan bawah sampai kalangan atas, dari kalangan berpendidikan maupun non edukasi tidak mampu memahami agama secara substansial, esensial, totalitas, menyuluruh, dan mendalam. Akibatnya semau berpotensi menimbulkan kebencian atas agamanya masing-masing karena faktor kepentingan, kekuasaan, kemanusiaan, misi keagamaan yang itu semua salah tafsir dan salah dalam konteks peradaban manusia sesuai ajaran agama dan Tuhan. Tentu kebencian melahirkan terorisme agama ini harus dihentikan apapun latar belakangnya dan alasannya entah dari agama manapun, kalangan manapun dan kepentingan siapapun demi tegaknya perdaban umat manusia yang beradab, berkeadikan dan berkemanusiaan sesuai ajaran agama serta Tuhan yang benar lagi lurus bukan atas dasar prpoganda maupu kepentingan siapapun. Sebab agama mengajarkan kebaikan bukan teror, karrna teroris itu akibat salah tafsir agama dan karena kebenciannya yang memuncak serta begitu membesar sehingga melakukan aksi teror, pembunuhan, dan ketakutan pada umat manusia lainnya.

As’ad Bukhari, S.Sos., MA.
(Analis Kajian Islam, Pembangunan dan Kebijakan Publik)

Artikel ini merupakan kiriman pembaca wartamu.id. (Terimakasih – Redaksi)