RAGAM  

Pemuda dan Toleransi di Era Digital: Webinar Internasional Peringati Sumpah Pemuda

WARTAMU.ID, Jakarta – Dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda, MAARIF Institute bekerja sama dengan Institut Leimena menyelenggarakan Webinar Internasional bertajuk Seri Literasi Keagamaan Lintas Budaya pada Jumat (25/10). Acara ini bertujuan memperkuat nilai-nilai toleransi dan persatuan di tengah era digital yang diwarnai arus informasi yang tak jarang mengaburkan kebenaran dan menimbulkan polarisasi.

Webinar ini menghadirkan berbagai tokoh dan dihadiri peserta dari 21 negara untuk mendiskusikan peran pemuda dalam menjaga kohesi sosial dan menghadapi tantangan informasi yang kerap kali tidak akurat dan berpotensi memecah belah.

Direktur Eksekutif MAARIF Institute, Andar Nubowo, dalam sambutannya menekankan bahwa Sumpah Pemuda adalah tonggak pertama pemersatu pemuda dari beragam latar belakang di Indonesia. “Para pemuda telah menunjukkan bahwa perbedaan tidak menjadi sekat untuk bersatu dalam keberagaman. Selain itu, kita harus bersama-sama menyikapi ujaran kebencian dan hoaks yang mencabik rasa kemanusiaan,” ujar Andar. Ia mengajak generasi muda untuk berkolaborasi aktif melawan tantangan era digital dengan semangat Sumpah Pemuda.

Matius Ho, Direktur Eksekutif Institut Leimena, menambahkan pentingnya pemikiran kritis dan toleransi dalam menghadapi tantangan digital saat ini. “Kita perlu mengenang semangat Sumpah Pemuda yang berhasil menyatukan perbedaan sekaligus memperkuat identitas bangsa. Mari kita bahu membahu, tidak lagi terpecah seperti masa penjajahan dulu,” ujarnya. Matius menekankan pentingnya literasi digital dalam menjaga harmoni sosial di tengah derasnya arus informasi yang menuntut kebijaksanaan.

Prof. Abdul Mu’ti, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, menyampaikan bahwa momentum Sumpah Pemuda adalah kesempatan bagi generasi muda untuk menghidupkan kembali semangat persatuan. “Para pemuda harus meneladani semangat pendahulu yang berani melampaui batas-batas agama, suku, dan identitas primordial demi kemajuan bangsa,” ungkapnya. Prof. Mu’ti juga mengingatkan pentingnya bijak berinteraksi di dunia maya agar tidak terjebak dalam sikap dangkal atau yang salah.

Pada sesi panel, Dr. Farid F. Saenong dari Masjid Istiqlal mengangkat peran Gen Z yang adaptif terhadap teknologi dalam memperkuat karakter keberagaman di era digital. “Gen Z adalah kelompok produktif yang perlu mengasah literasi keagamaan lintas budaya untuk menumbuhkan sikap saling pengertian,” jelasnya.

Riandy Prawita, Ketua Umum Ikatan Pelajar Muhammadiyah, mengingatkan bahwa cepatnya akses informasi pada generasi muda dapat mempercepat polarisasi jika tidak diimbangi dengan literasi yang baik. “Hoaks adalah ancaman serius bagi persatuan. Dengan cepatnya informasi, kita harus semakin pintar menjaga persatuan dan merespon perbedaan,” katanya.

Septiaji Eko Nugroho, Ketua Presidium MAFINDO, juga menyoroti pentingnya menjaga kepercayaan dalam masyarakat melalui nilai-nilai yang tercermin dalam Sumpah Pemuda. “Polarisasi yang diperparah oleh rendahnya literasi digital bisa menggerus nilai-nilai persatuan yang telah kita bangun,” ujarnya, mengajak generasi muda membangun literasi digital yang kuat untuk memerangi hoaks dan menjaga persatuan bangsa.

Dengan moderator Alisa Badria Nindia dari MAARIF Institute, acara ini mendorong seluruh peserta mengaktualisasikan kembali nilai Sumpah Pemuda dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam interaksi di media sosial untuk menjaga keutuhan bangsa.