WARTAMU.ID, Kota Bumi (Lampung) – Ditengah hiruk pikuk keramaian pasar, terpaan hawa panas trik mentari, serta dalam kondisi menahan lapar dan dahaga akibat berpuasa, sama sekali tidak menyurutkan semangat pria uzur berusia 60 tahun ini.
Ia adalah Muhammad Adris atau lebih di kenal dengan sebutan Mang Adris. Mang Adris di ketahui merupakan warga Sribasuki, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara.
Dalam menggeluti profesinya sebagai tukang sol sepatu, yang mangkal di trotoar pasar Dekon, Kotabumi, lelaki yang berperawakan tinggi, kurus, dan warna kulit sawo matang, serta sedikit uban yang menghiasi kepalanya tersebut mengaku memiliki tiga orang anak.
Dengan penghasilan yang tidak menentu, Mang Idris harus ikhlas menghadapi kenyataan. Terlebih lagi, dengan kondisi tubuh yang sudah tidak prima lagi, ia harus menanggung biaya sekolah Putri Bungsu-nya di SMK Penerbangan Kotabumi, yang masih duduk di bangku kelas XI seorang diri, semenjak di tinggal pergi sang istri pada beberapa tahun silam.
Meski begitu, Mang Adris tetap tegar dan selalu berusaha tetap ceria dalam melewati dilema kehidupan yang cukup dramatis tersebut.
Ditengah perbincangan dengan wartawan, meski dengan nada yang cukup berat, dan bola mata yang tampak berkaca-kaca. Mang Adris berusaha untuk berbicara terbuka. Dia mengatakan, saat ini dirinya tinggal di sebuah gubuk kumuh dan tak layak huni, berdindingkan anyaman geribik yang telah merapuh.
Gubuk reot, tersebut dibangun di atas sebidang tanah berukuran 6×9 M² milik warga setempat. Dengan perjanjian sewa sebesar Rp.100 ribu/bulan. Meski begitu, dirinya tetap mensyukuri atas kepercayaan pemilik tanah yang telah membiarkannya untuk tetap tinggal dan membangun sebuah gubuk di atas tanah tersebut.
“Saya tinggal di gubuk reot mas, di Kelurahan Sribasuki. Gubuk saya itu tampak kumuh, dan berdindingkan Geribik tua. Gubuk itu pun di bangun di atas lahan berukuran 6×9 M² milik warga setempat, dengan perjanjian sewa sebesar Seratus Ribu per bulan” ungkapnya lirih, Kamis (21/4) sekira pukul 10.30 WIB.
Selain itu Mang Adris juga menjelaskan, dalam menggeluti profesinya sebagai tukang sol sepatu tersebut, ia memiliki penghasilan yang tidak menentu. Dalam kurun waktu sepekan, biasanya ia hanya dapat meraup rupiah sebesar Rp.120 ribu saja. Dalam pengesolan sepasang sepatu, ia hanya mematok harga standard, yaitu dengan kisaran Rp.10 hingga 20 ribu saja, sesuai dengan kondisi kerusakan sepatu itu sendiri.
Dalam bulan suci Ramadhan dan menuju perayaan hari raya Idhul Fitri seperti saat ini. Alhamdulillah penghasilannya mengalami sedikit peningkatan yaitu mencapai Rp.180 ribu/pekannya. Namun, kondisi itu pun, kembali di ciderai dengan kebutuhan bahan pokok yang saat ini mengalami kenaikan yang cukup signipikan.
“Ia mas, pada hari biasa dalam seminggu saya cuma mampu menghasilkan uang sebesar 120 ribu. Allhamdulillah di bulan puasa dan menjelang lebaran ini, penghasilan saya mengalami sedikit peningkatan. Tapi sayangnya kebutuhan pokok seperti sekarang ini semuanya naik Mas” ujarnya seraya tersenyum kecil pertanda dirinya sedang menutupi kegilasahannya.
Mang Adris juga mengaku, bahwa dirinya menggeluti profesinya sebagai pengesol sepatu saat dirinya berusia 20 tahun. Saat itu ia memulai pekerjaannya dengan mangkal di Pasar Inpres yang telah menjadi Taman Sahabat saat ini. Setelah itu, ia kembali mangkal di pasar Central Kotabumi, dan pada 5 bulan terakhir ini ia kembali pindah, dan mangkal di trotoar Pasar Dekon Kotabumi.
Ditanya soal modal usaha sol sepatu miliknya tersebut, Mang Adris mengaku, untuk modal awal memulai usaha pengesolan sepatu tersebut yaitu sebesar, Rp.350-400 ribu rupiah. Dengan rincian seperti pembelian jarum sol, benang sol berbagai jenis dan warna, tang, kikir, perekat sepatu, pisau sol, semir dan gunting, serta alat-alat perlengkapan lainnya.
Tidak hanya itu, saat di tanyakan soal bantuan sosial dari Pemerintah Kabupaten Lampung Utara, Mang Adris mengaku, bahwa dirinya selama ini, sama sekali tidak pernah menerima apa pun bentuk bantuan sosial dari Pemkab Lampura. Meski dirinya, telah berulang kali mengajukan permohanan bantuan kepada RT maupun RK setempat untuk di sampaikan kepada pihak Kelurahan atau pun Dinas terkait.
“Jujur aja Mas, selama ini, saya sedikit pun, tidak pernah menerima bantuan sosial dari Pemkab Lampura. Walau pun saya, sudah seringkali mengajukan permohonan bantuan itu kepada RT maupun RK setempat untul di sampaikan ke pihak Kelurahan atau Dinas terkait. Saya sendiri gak tahu pasti apa alasannya, kenapa pengajuan saya itu selalu di tolak” kata Mang Adris.
“Saya berharap kepada pemimpin di Lampung Utara ini, agar dapat lebih memperhatikan kondisi rakyat kecil seperti saya ini. Karena sedikit bantuan dari Pemerintah, itu sangat berarti bagi kami masyarakat kecil” tambah Mang Idris. (*)