WARTAMU.ID – Kedatangan orang-orang Eropa ke Hindia Belanda meningkat setelah dibukanya Terusan Suez pada 1869. Tahukah kamu, apa bangsa yang pertama kali membawa bir ke nusantara? Dikutip dari detik.com
Bangsa yang pertama kali membawa bir ke nusantara adalah bangsa Belanda. Dibukanya Terusan Suez membuat terjadinya reunifikasi keluarga orang Belanda di nusantara yang semula terpisah dengan kekasih, orang tua, istri, dan anaknya.

Setelah kedatangan keluarga, orang Belanda di nusantara bisa menikmati lagi bahan makanan yang biasa disantap di negeri asalnya. Keluarga mereka membawa bahan-bahan makanan ke nusantara seperti mentega, garam dapur, daging ham, daging asap, buah apel, bawang, cokelat bubu, dan bir hitam Inggris.
Sarana transportasi dan jarak tempuh membuat pengiriman barang-barang kebutuhan dari Eropa menjadi lebih cepat, seperti dikutip dari buku Rijstaffel – Budaya Kuliner di Indonesia Masa Kolonial 1870-1942 karya Fadly Rahman.
Bir di Batavia hadir dalam merek bir Amstel sejak 1883 dan Heineken. Kemudian, perusahaan brewery NV Archipel Brouwerij Compagnie berdiri pada 1932 dan melahirkan produk bir bernama Anker. Bir Anker kelak ramai di pasaran berkat iklan yang dipasang secara masif, seperti dikutip dari buku Jakarta: A Dining History oleh Kevindra Soemantri.
Kedai bir pertama di Batavia adalah Eerste Bataviasche Bierhal. Bir di Eerste Bataviasche Bierhal disediakan dingin dalam gelas, terutama setelah es batu dapat dibuat dengan pendingin setelah penemuan kulkas di akhir abad ke-19.
Warga yang gemar minum bir saat itu bisa datang ke kedai yang terletak di Noordwijk tersebut. Sebagai informasi, Jalan Noordwijk Batavia kini dikenal sebagai Jalan Juanda, Jakarta Pusat.
Pada 1920, jalanan ini ramai dengan aneka toko, restoran, kafe, dan butik. Lalu, dibangun juga tempat minum bir dan berbagai kafe yang disebut lunchrooms dan dining hall seperti Bayerische Bierstube.
Bir dingin kadang dijadikan sebagai pendamping makan nasi dan hidangan pribumi atau ‘hidangan Indis’ oleh orang Belanda di masa penjajahan. Hal ini digambarkan dalam ilustrasi iklan bir Heineken’s di majalah Officiel Huisvrouwen Soerabaia, 23 Juni 1931, seperti dikutip dari buku Rijstaffel – Budaya Kuliner di Indonesia Masa Kolonial 1870-1942 karya Fadly Rahman.
Salah satu lagu yang dibuat pasca repatriasi menggambarkan bagaimana orang Belanda makan ‘hidangan Indis’ saat itu dengan bir. Lagu tersebut berjudul Geef Mij Maar Nasi Goreng (Beri Saja Aku Nasi Goreng). Lagu nostalgia bagi orang Belanda yang melewati masa kolonial di nusantara itu berisi lirik sebagai berikut:
oen wij repatrieerden uit de gordel van smaragd
Dat Nederland Zo koud was hadden wij toch nooit gedacht
Maar’t ergste was’t eten, nog erger dan op reis
Aardapp’elen, vlees en goenten en suiker op de rijst
Geef mij maar nasi goreng met een gebakken ei
met sambal en met kroepoek en een goed glas bier erbij
(Ketika kami meninggalkan negeri zamrud (Indonesia)
Tidak menyangka sama sekali, kalau negeri Belanda begitu dingin
Tapi yang keterlaluan adalah makanannya, begitu payah sekali
Kentang, daging, dan sayuran, serta gula dengan nasi
Beri saja aku nasi goreng, dengan ceplok telur
dengan sambal dan kerupuk, dan segelas bir terbaik)
Jadi, bangsa yang pertama kali membawa bir ke nusantara adalah bangsa Belanda. Selamat belajar ya, sahabat warta!