WARTAMU.ID, Surakarta – Panitia Pemilihan Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah ke 48 menggelar simulasi sistem pemilihan secara elektronik atau E-voting yang akan digunakan pada muktamar mendatang.
Simulasi E-voting digelar di gedung Edutorium KH Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Surakarta, Kamis, 25 Agustus 2022.
Simulasi dilakukan untuk mengetahui persoalan yang muncul terhadap perangkat teknologi yang dipakai dalam E-voting ini sehingga pada saat hari H bisa digunakan dengan lancar.
Anggota Panitia Pemilih Muktamar Bidang Teknologi Informasi Dr Muchlas Arkhanuddin MT mengatakan simulasi sistem E-voting menjadi hal baru dalam muktamar kali ini.
Dengan simulasi sistem E-voting ini Panitia Pemilih bisa melihat persoalan teknis yang masih terjadi serta mengetahui tingkat kesulitan para pemilih yang berada dalam usia tidak muda lagi.
Sehingga perlu effort yang tinggi untuk bisa melakukan sosialisasi mengenai penggunaan sistem E-voting ini.
“Yang paling penting hari ini kita ingin memperoleh gambaran sejauh mana isstem yang kita bangun bisa digunakan lebih efisien baik dari segi waktu, tenaga dan pikiran sehingga dapat memperlancar pemilihan anggota PP Muhammadiyah dan Aisyiyah,” kata Muchlas yang juga Rektor Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tersebut.
Diterangkan Muchlas, ada dua langkah teknis dalam penggunaan sistem pemilihan secara elektronik ini.
Pertama melakukan verifikasi pemilih yang dilakukan di meja verifikasi. Verifikasi dilakukan menggunakan kartu pemilih, (Muchlas juga menyebutnya dengan token) yang ditempelkan pada kotak QR barcode.
“Dengan verifikasi ini dapat diketahui data pemiih yang sesungguhnya, jadi secara phisically akan diverifikasi,” kata Muchlas.
Kemudian setelah di verifikasi masuk ke langkah kedua yaitu me’lakukan pemi’lihan dimana peserta akan masuk ke bilik pemilihan dengan membawa kartu verifikasi tadi.
“Sebagai semacam token untuk membuka program aplikasi pemilihan kemudian melakukan prosesi memilih, submit selesai sudah,” terang Muchlas.
Diakui Muchlas proses pemilihan dengan sistem E voting ini butuh waktu untuk dilakukan, tidak cukup 1 menit. Maka agar bisa cepat, pemilih harus memiliki daftar nama untuk dipilih.
“Umumnya pada saat memilih masih mikir-mikir ya. Kalau sudah memiliki daftar bisa lebih cepat. Namun karena ada 39 kan (jumlah nama yang harus dipilih) harus melihat, mana nih oh nomer sekian. kalau satu ini (pencet nama) dua detik aja, sudah 48 detik, ngga l’ebih dari menit. Belum nanti kalau ada kesulitan-kesulitan teknis yang lain. Kemarin kita hitung per orang 5 menit lah
Mengenai jumlah bilik yang dibutuhkan untuk pemiilhan, Muchlas mengatakan, pihaknya sudah membuat hitung-hitungan dari lama waktu memilih (5 menit) dengan jumlah muktamirin maka jumlah bilik pemilih yang disediakan ada 54 bilik untuk pemiihan di muktamar nanti.
Bagi para pemiilh, Muchlas meminta diberi panduan sejak awal bahwa cara memilih itu dengan menekan atau menyentuh nomer nomer yang ada di layar.
“Terutama ini kan bapak -bapak ibu yang sudah sepuh ini kurang friendly dengan piranti IT gini, ya memang karakternya seperti itu semua. Sehingga harus diberi panduan sejak awal bahwa memilih dengan cara menekan atau menyentuh nomer di layar, menyentuh, touch, karena tidak melakukan apapun,” ujar Muchla.
Diungkapkan Muchlas, setelah dilakukan simulasi masih ada beberapa kelemahan ecara teknis yang akan menjadi perhatian tim IT.
Misalnya, back up manual, back tup kartu manual tidak segera keluar, mestinya segera keluar begitu ini submit atau kirim atau simpan maka kemudian layar kembali ke semula, dibarengi dengan keluarnya bukti di print out pemilihan yang masuk ke kotak suara rahasia. Ini belum berjalan semuam” terang Muchlas.
Muchlas berharap ada simulasi kedua untuk memantapkan rencana penggunaan sistem E-voting.
“Kita inginnya begitu, tidak hanya sekali. Tapi belum kita bicarakan dengan panitia pusat apakah akan ijinkan untuk simulasi kedua,”kata Muchlas.