Maarif Institute Bahas Imajinasi Islam 70 Tahun Prof. Dr. Komaruddin Hidayat

WARTAMU.ID, Jakarta – Kali ketiga dalam bulan suci Ramadhan 1445 H ini, MAARIF Institute menggelar acara Tadarus Pemikiran Islam. Kegiatan kali ini membedah buku “Imajinasi Islam”: 70 Tahun Prof. Dr. Komaruddin Hidayat. Acara ini dihadiri oleh sejumlah narasumber, di antaranya, Ahmad Gaus AF (Editor Buku) dan Dr. Neng Dara Affiah (Kontributor Buku). Bertindak selaku moderator, Moh. Shofan (Direktur Program MAARIF Institute).

Buku dengan tebal 692 halaman diterbitkan Kompas bekerjasama dengan Bank Syariah Indonesia (BSI) dan didukung oleh Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Alumni UIN, Universitas Paramadina dan sejumlah lembaga lain. Buku ini merangkum 50 tulisan dari para akademisi kelas dunia dari berbagai universitas dalam dan luar negeri yang secara garis besar membedah pemikiran Komaruddin, tentang masa depan agama dan peradaban manusia.

Dalam paparannya, Direktur Eksekutif MAARIF Institute, Abd. Rohim Ghazali menyampaikan bahwa buku ini secara umum berisi tentang gagasan dan ide Prof. Komaruddin Hidayat, serta kiprah dan karir intelektualnya sebagai Mantan Rektor dua universitas ternama: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII).

“Prof. Komar adalah sosok intelektual yang mewarisi dua pemikir-pembaharu Islam Indonesia, yaitu Harusn Nasution dan Nurcholish Madjid. Selain itu, Komar juga banyak dipengaruhi oleh Buya HAMKA. Ide, gagasan, dan pemikirannya telah mendapatkan pengakuan luas dari berbagai kalangan. Tentu saja, kami berharap mimpi dan imajinasi Islam yang diusung oleh Komar tentang peradaban Islam Indonesia agar dikenal oleh peradaban dunia, dan ini sudah diwujudkan dalam bentuk UIII dapat terealisasi dengan baik”, jelas Rohim.

Mengawali pemaparannya, Gaus AF, selaku kurator dan editor menyampaikan bahwa buku ini tidak semata-mata menandai usia 70 tahun Prof. Komar. Lebih dari sekadar itu, buku ini membincang tentang karir intelektual, kesaksian, dan gagasan-gagasan besar Komar tentang masa depan peradaban Islam. Meskipun, lanjut Gaus, pemikiran-pemikiran beliau tidak dapat dibatasi oleh sebuah buku. Para kontributor buku ini sekadar menyorot aspek-aspek yang mereka tangkap sebagai pemikiran penting dari Prof’ Komar.

“Kepakaran Komar dalam filsafat dan agama memberinya posisi yang unik dalam peta kecendekiawanan di Indonesia. Tradisi keilmuan pesantren yang berorientasi teologis dan etis dipegangnya dengan kokoh, dikawinkan dengan tradisi berpikir rasional dalam pendidikan filsafat Barat sehingga melahirkan sikap obyektif dan kritis terhadap “Islam Historis”, kata Gaus.

Sementara Neng Dara, kontributor buku ini, menjelaskan bahwa Komar adalah sosok yang sangat mencintai Islam. Ia menjadikan al-Qur’an sebagai teman dialognya dan rujukan hidupnya. Islam yang diyakini jadi solusi kemanusiaan, justru dunia Islam saat ini belum mampu menyelesaiakn problemnya sendiri.

“Hal ini bertentangan dengan yang diimajinasikan Mas Komar tentang misi keislaman yang dibawa dan dipesankan Nabi Muhammad sebagai penebar cahaya dan energi peradaban bagi semesta”, tegas Neng Dara.

Acara ini dihadiri tidak kurang dari 50 orang peserta yang terdiri dari mahasiswa, aktivis, dosen, dan masyarakat. Kegiatan tadarus ini diharapkan bisa menjadi energi baru dalam upaya mensosialisasikan gagasan dan cita-cita Prof. Komar, tentang masa depan peradaban Islam yang mengusung nilai-nilai keterbukaan, kesetaraan dan kebhinnekaan yang dapat diwariskan kepada anak-anak bangsa.

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *