WARTAMU.ID, Lumajang (Jawa Timur) – Menjadi relawan adalah panggilan kemanusiaan bagi sebagian orang. Namun bermodalkan niat saja tidaklah cukup. Wakil Ketua Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LIHPB) PPA, Rahmawati Husein, Ph.D berujar, jika relawan harus memahami standar kemanusiaan, memiliki kemampuan, dan saling bekerjasama.
Hal itu disampaikan Rahmawati Husain pada di Pos Pelayanan (Posyan) Erupsi Muhammadiyah Respon Bencana Erupsi Gunung Semeru, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. Ahad (23/1/2022).
Menurut Wakil Ketua MDMC dan LLHPB PP Aisyiya itu bahwa, kerja sama menjadi hal yang penting. Sebab pekerjaan relawan bukan hanya melakukan evakuasi atau divisi SAR seperti yang dikenal banyak orang.
“Relawan kesehatan harus kaji cepat, atau devisi media juga penting untuk assessment. Media nggak kelihatan relawannya, kesana kemari nanyain orang, nggak bisa foto dewe (sendiri) harus ngefoto orang, nanti nggak kelihatan eksis,”ungkap Rahma.
Menurut dia, divisi yang dianggap kurang eksis atau berada di balik layar tersebut sangat penting. Karena media berperan manyajikan informasi berdasarkan fakta, meng-update situasi dan data harian, serta ikut membantu mendistribusikan.
Rahma berujar jika hal di atas sangatlah penting agar prinsip kemanusiaan seperti no one left behind terpenuhi.
“No one left behind itu tidak ada satupun yang tidak terlayani. Kalau tidak ada yang memberitakan, semuanya ke Pronojiwo. Padahal kampung lain ada. Nah ini kan tugasnya pewarta,”jelas Rahma.
Oleh karena itu kata Rahma, fungsi media menjadi signifikan untuk membantu memberikan informasi secara tepat. Selain itu, sebagai akuntabilitas, media juga berfungsi untuk menyampaikan apa yang sudah dikerjakan sekaligus mempertanggungjawabkan dana yang sudah dikeluarkan dan dicari organisasi.
Lanjut dia, media juga berfungsi memberikan pengetahuan ke masyarakat. Misalnya, memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pekerjaan apa saja yang dilakukan oleh relawan.
“Karena ketika ada bencana, ada euforia, semua orang ingin jadi relawan tapi nggak membayangkan relawan iki opo wae pekerjaane, itu harus diedukasi,”pungkasnya.
“Sehingga, fungsi-fungsi itu perlu dilakukan untuk membantu tim tanggap bencana, agar pekerjaannya lebih efektif,”imbuhnya.
Namun, dalam menjalankan fungsi-fungsi di atas menurut dia, media juga harus memperhatikan etika junalistik. Dengan tidak mengeksploitasi kesusahan foto korban, terlebih jika tidak ada persetujuan sebelumnya.
“Oh biar beritanya menarik itu yang nangis-nangis atau yang sakit-sakit saja, itu tidak boleh. Jadi tidak boleh mengeksploitasi kesusahan, tapi foto-foto yang memberikan pengharapan atau motivasi,”terang Rahma.
Kata Ramah, karena peliputan yang dilakukan adalah kebencanaan maka, media juga harus menerapkan prisip-prinsip kemanusiaan dalam pemberitaan.
“Ya kita nggak tau ukurannya siapa, gitu kan? Biar yang meng-judge itu orang lain. Tetapi kita menyampaikan aktivitas-aktivitas yang positif,”pungkasnya.
Rahma berharap dengan semakin banyaknya relawan yang bergelut di bidang media, bisa memberikan bantuan pelayanan yang efektif kepada korban maupun pengetahuan untuk masyarakat, tidak sekedar memberikan informasi saja.
Kontributor: Aisyah Amira Wakang