WARTAMU.ID, Yogjakarta – Muhammadiyah mendukung upaya pemerintah dan komunitas global untuk melakukan transisi dari pandemi ke endemi di tahun 2023. Dukungan ini selalu diberikan oleh Muhammadiyah sejak pandemi COVID-19 di tahun 2020. Hal ini disampaikan dalam Diskusi Publik Strategi Kesehatan Muhammadiyah: Strategi Kesehatan Muhammadiyah dalam Masa Transisi Endemi di Grha Suara Muhammadiyah Yogyakarta, Kamis (9/2/2023).
Diskusi Publik ini dihadiri oleh Ekorini Listiowati (Wakil Sekretaris MPKU PP Muhammadiyah), Virgo Sulianto Gohardi (Project Leader RCCE MPKU PP Muhammadiyah), Warsiti (Ketua Majelis Kesehatan PP ‘Aisyiyah), Annisa Nur Fitriana (Ketua Departemen Kader PP Nasyiatul ‘Aisyiyah), dan Anggitya Nareswari (Sekretaris Bidang Kesehatan PP Ikatan Pelajar Muhammadiyah).
Muhammadiyah tercatat membentuk Muhammadiyah COVID-19 Command Center (MCCC) pada 5 Maret 2020, sebelum pemerintah menetapkan situasi darurat kesehatan dan mambentuk Satgas COVID-19. Melalui 86 RSMA memberi pelayanan kesehatan jauh sebelum pandemi, dan makin baik saat pandemi. Salah satu kontribusi Muhammadiyah yang paling signifikan di bidang kesehatan adalah vaksin COVID-19. Sejauh ini Muhammadiyah berkontribusi terhadap vaksinasi 1 juta dosis se-Indonesia.
Selanjutnya, Muhammadiyah juga melakukan komunikasi risiko dan pelibatan masyarakat dalam mengurangi dampak pandemi COVID-19. Hal ini telah dilakukan Muhammadiyah melalui kelompok kerja RCCE di bawah Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) PP Muhammadiyah.
Virgo menyatakan bahwa Muhammadiyah melakukan pelayanan kesehatan, serta pencegahan dan penanggulangan dampak COVID-19 di berbagai sektor. Upaya ini dilakukan melalui RCCE MPKU PP Muhammadiyah. “RCCE merupakan program hasil kerja sama Muhammadiyah melalui MPKU PP Muhammadiyah dengan UNICEF, kerja sama ini sudah berjalan selama 3 tahun dari tahun 2020. RCCE MPKU selama tiga tahun ini berkontribusi mencegah sekaligus menangani pandemi COVID-19 di delapan daerah dengan memberikan edukasi kepada masyarakat terkait pola dan perilaku kesehatan di masyarakat,” ujar Virgo.
Selanjutnya, Ekorini memaparkan kontribusi Muhammadiyah selama pandemi terutama pelayanan kesehatan. Kontribusi ini tercatat lebih tinggi dibanding target 20 rumah sakit di awal pandemi. “Di awal penanganan Muhammadiyah menyatakan siap memberikan 20 rumah sakit untuk penanganan COVID, namun RSMA terus bertambah hingga 86 RS. Sejauh ini Muhammadiyah berkontribusi terhadap 885.743 dosis vaksinasi dan fokus di pelosok negeri yang masih rendah tingkat vaksinasinya.”
Pasca pandemi, Ekorini mengungkapkan bahwa Muhammadiyah akan terus melanjutkan kerja sama dengan pemerintah dan lembaga nasional maupun internasional. Selanjutnya Ekorini menuturkan Hospital Preparedness juga perlu disiapkan untuk bersiap menghadapi kemungkinan bencana biologi
seperti yang terjadi pada pandemi COVID-19 tiga tahun belakangan. Sehingga jika darurat kesehatan dan pandemi terjadi di masa depan, kita akan lebih siap.
Di samping RCCE, upaya kerelawanan tidak henti-hentinya dilakukan oleh organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah yang hadir pada diskusi publik, yaitu ‘Aisyiyah, Nasyiatul Aisyiyah (NA), dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM). Relawan Muhammadiyah yang berasal dari berbagai ortom berperan dalam penanggulangan COVID-19. Relawan berkontribusi dalam layanan ambulans, pemulasaran jenazah, vaksinasi, hingga gerakan ketahanan pangan keluarga di berbagai daerah seluruh Indonesia.
‘Aisyiyah sebagai salah satu ortom Muhammadiyah juga memberikan kontribusi baik pelayanan kesehatan melalui rumah sakit dan klinik ‘Aisyiyah maupun pencegahan-penanganan dampak pandemi di berbagai sektor. “Aisyiyah juga punya rumah sakit. Kita punya 18 rumah sakit dan 45 klinik di seluruh Indonesia. Selain itu ada pula gerakan ketahanan pangan yang digerakkan oleh kader ‘Aisyiyah se-Indonesia,” kata Warsiti.
Selanjutnya, ortom Muhammadiyah di luar ‘Aisyiyah juga memberikan sosialisasi dan terlibat dalam komunikasi risiko. Anggitya mengungkapkan kontribusi IPM dalam sosialisasi kebiasaan hidup sehat serta mendukung sosialisasi untuk vaksinasi. “PP IPM berkontribusi dalam sosialisasi kebiasaan hidup dan sehat. Anggitya menekankan pentingnya untuk penerapan kehidupan bersih dan sehat serta bebas rokok meskipun kita memasuki transisi dari pandemi menuju endemi,” tukas Anggitya.
Tidak jauh berbeda, NA juga memberikan komunikasi risiko dan pelibatan masyarakat di isu kesehatan. “NA fokus menanggulangi dampak pandemi melalui program Keluarga Muda Tangguh Nasyiatul Aisyiyah (KMTNA). Untuk membuat isu kesehatan dapat ditanggapi oleh NA, diadakan Departemen Kesehatan dan Lingkungan dalam struktur NA sehingga isu kesehatan dapat ditanggulangi,” ungkap Annisa.
Melalui diskusi publik ini, RCCE MPKU PP Muhammadiyah memberikan model upaya kesehatan masyarakat melalui penguatan komunitas dan kolaborasi stakeholder (pemangku kebijakan). Melalui model ini, dapat tercipta kesadaran dan keterlibatan masyarakat yang lebih baik. Sehingga, setelah pandemi berlalu kebiasaan baik seputar kesehatan tetap dilakukan oleh masyarakat dan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia makin meningkat.