DAERAH  

PK IMM UIN RIL, Membuka Wawasan Bahaya Kekerasan Seksual, Bagi Kader

DialogSeputarIMMawati

WARTAMU.ID, Bandar Lampung (Lampung) – Pimpinan Komisariat (PK) IMM UIN RIL fakultas Ushuluddin menggelar acara Dialog Seputar Immawati (DIGSI) dengan mengusung tema “Kekerasan Seksual Dari perspektif Islam, Sosial, dan Psikologi”. Dialog Seputar Immawati (DIGSI) yang membahas tentang kekerasan seksual ini merupakan salah satu kegiatan dalam rangkaian program kerja bidang IMMawati yang dilaksanakan oleh PK IMM Ushuluddin. Digelar secara online, (zoom meeting) dan offline di Sekretariat IMM UINRIL , yang berlokasi di Perumahan Villa Laposte, Blok. C, No. 27, Bandar Lampung, pada hari Sabtu,12/2/2022

Rini Marlina, S.M Ketua bidang Immawati DPP IMM turut hadir sebagai pemateri pertama dan Amalia Tahara, S.Psi. Ketua korps instruktur IMM Bandar Lampung, pemateri kedua. Diskusi ini dihadiri oleh 100 peserta secara online dan offline, diskusi juga dihadiri oleh Ahmad Tri Mulyadi selaku ketua umum PK IMM Ushuluddin UIN Raden Intan Lampung sekaligus membuka acara.

DIGSI ini tentu lebih berbobot karena diisi dengan materi-materi kekerasan seksual dengan tiga cabang ilmu yang berbeda yaitu bidang sosial, keislaman dan psikologi. Kegiatan yang bertujuan untuk memberikan wawasan, kepada kader IMM khususnya, dan masyarakat pada umumnya, agar lebih berhati-hati dan peduli terhadap dirinya dan lingkungan sekitarnya, terhadap bahaya ancaman kekerasan seksual yang membuat kerugian fisik maupun psikis korban.

Dalam sambutannya Ketua Umum IMM Ushuluddin, Ahmad menyampaikan bahwa
“Program Dialog Seputar Immawati (DIGSI) merupakan bentuk kepedulian IMM kepada pencegahan kekerasan seksual yang masih sering terjadi hingga sekarang” dalam sambutannya

Ahmad juga berharap bahwa “Program ini dapat membuka wawasan para peserta, terutama kader Ushuluddin mengenai kekerasan seksual, karena marak sekali kejadian ini baik dialami oleh perempuan di sekitar kita” jelas Ahmad

Rini Marlina, S.M menyampaikan materi tentang kekerasan seksual dalam perspektif sosiologi dan Islam. Ia menyampaikan bahwa
“Data dari bidang kementerian PPPA tahun 2020 bahwasanya Kekerasan terhadap perempuan naik tiap tahunnya yang mengindikasikan bahwa banyak dari perempuan yang menjadi penyintas namun banyak pula dari perempuan yang tidak berani untuk melaporkan kejadian kekerasan seksual yang menimpanya, karena merasa itu adalah aib dan tidak boleh ada orang yang mengetahui hal tersebut” papar Rini

Memang benar kekerasan seksual sering terjadi terhadap perempuan karena perempuan seringkali dianggap lemah dalam beberapa aspek sehingga menjadi sasaran kekerasan seksual.
”Padahal kekerasan seksual tidak memandang gender, kekerasan seksual juga dapat terjadi pada pria.” Lanjut Rini.

Amalia Tahara, S.Psi selaku pemateri kedua menyampaikan materi tentang kekerasan seksual dalam bidang psikologi. Ia menyatakan bahwa “Korban seringkali merasa tidak lagi berharga, ketakutan dan kecemasan berlebihan, mengalami trauma pasca kejadian atau PTSD, dan menjadi tidak ingin bersosialisasi lagi dengan lingkungan sekitarnya, sehingga mengakibatkan kesehatan mental korban menjadi terganggu” kata Amalia

Peserta acara wawasan bahaya kekerasan seksual

Peserta sangat antusias dalam mengikuti acara DIGSI tersebut, meskipun kegiatan diselenggarakan secara online, (melalui Zoom Meeting). “Diharapkan acara DIGSI ini lebih memberikan manfaat dan meningkatkan awareness, para kader dan masyarakat umum, tentang pentingnya waspada terhadap kekerasan seksual di sekitar kita, baik lingkungan, keluarga, masyarakat” tutup Amalia