Upaya Pembelajaran Menyenangkan; Transisi PAUD ke SD

Renci

WARTAMU.ID, Humaniora – Berbicara mengenai pendidikan, maka dalam proses pelaksanaannya tidak hanya sekedar tentang menyampaikan materi pelajaran sebagai ilmu pengetahuan, akan tetapi proses internalisasi value, pembentukan karakter, dan penananaman nilai-nilai moral yang baik. Pun, dalam proses pendidikan juga diarahkan untuk mendorong pencapaian kompetensi dan perilaku khusus setiap individu.

Berpacu pada hal tersebut, ternyata dalam realitasnya, di dunia pendidikan masih kerap mengalami miskonsepsi dalam proses pelaksanaannya. Pandangan bahwa pendidikan hanya wadah untuk transfer of knowledge, menjadikan praktik pembelajaran hanya menekankan pada sisi kognitif semata. Perspektif tersebut kemudian menjadikan beberapa lembaga Sekolah Dasar (SD) menerapkan tes membaca, menulis dan menghitung (calistung) saat penerimaan peserta didik baru. Tuntutan tersebut kemudian menjadikan fokus lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) akhirnya terbelah, antara memfokuskan pembelajaran PAUD ke penekanan calistung atau mengikuti kebijakan PAUD yang tidak mewajibkan anak bisa membaca, menulis dan menghitung saat selesai berpartisipasi di PAUD.

Sebagaimana yang kita pahami, usia dini merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang peserta didik dan membangun fondasi pengetahuan, keterampilan serta karakter yang dibutuhkan sebagai bekal kehidupan.

Siswa baru tentu memerlukan adaptasi ketika naik jenjang pendidikan. Kegiatan pertama masuk SD maupun jenjang yang lebih tinggi ini kemudian disebut dengan  Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Tujuan dari MPLS ini adalah pengenalan program, sarana dan prasarana di sekolah, cara belajar, juga penanaman konsep pengenalan diri, serta pembinaan awal kultur sekolah. Maka, pada masa ini, dalam tahap transisi anak usia dini menuju jenjang SD perlu dilakukan dengan menyenangkan. Sebab, fokus tahap transisi seharusnya bukan pada kemampuan kognitif subjek didik saja, melainkan bagaimana mereka mampu beradaptasi dengan lingkungan baru secara menyenangkan, menggembirakan.

Masa transisi bagi anak tentu bukanlah hal yang mudah, karena pada masa adaptasi akan terdapat berbagai perbedaan tuntutan antara di PAUD dengan SD. Peraturan dan kebijakan di SD tentu berbeda dengan PAUD, sehingga tak heran biasanya anak usia dini kerap ditunutut agar dapat melakukan berbagai penyesuaian di lingkungan SD dengan cepat dan tepat yang bisa saja memunculkan tekanan bagi anak. Lingkungan belajar yang mendukunh penguatan transisi pada jenjang PAUD ke SD adalah lingkungan belajar yang mampu menjembatani proses adaptasi anak sehingga anak dapat aman dan nyaman belajar hingga mencapai kesiapannya bersekolah. Untuk mampu menjembatani hal tersebut, maka perlu dibangun satu persepsi dan satu visi mengenai apa yang dimaksud dengan praktik pembelajaran yang menguatkan transisi PAUD ke SD.

Keharusan subjek didik harus mampu calistung ditahapan transisi PAUD ke SD ini kemudian menimbulkan miskonsepsi. Miskonsepsi ini yang kemudian ditangkap oleh Menteri Pendidikan yang kemudian mengeluarkan kebijakan dalam Merdeka Belajar episode 24 untuk menggalakkan gerakan transisi PAUD ke SD yang menyenangkan. Program ini sebagai awal kesadaran bahwa jenjang PAUD memang jenjang anak untuk bermain, gembira dan ceria, oleh karena itu, pada tahapan anak tersebut tidak dibebankan dengan pelajaran, semua harus dibuat menyenangkan.

Gerakan transisi PAUD ke SD yang menyenangkan adalah gerakan bersama yang mendasari transisi peserta didik PAUD ke SD dengan cara yang menyenangkan dan dimulai sejak tahun ajaran baru. Tujuannya adalah untuk membangun hak setiap anak yang dibangun secara holistik. Bahwa setiap anak memiliki hak untuk dibina agar mendapatkan kemampuan fondasi yang holistik, bukan hanya ditekankan pada aspek kognitif melainkan juga kematangan emosi, kemandirian, kemampuan berinteraksi dan lainnya.

Gerakan transisi ini senagaja digalakkan dengan tujuan agar anak merasa senang dalam belajar dan anak percaya bahwa dirinya pasti bisa asalkan mau berusaha. Anggapan bahwa pada jenjang PAUD sudah banyak ‘dijejali’ dengan belajar calistung akan mendorong terjadinya perbedaan konsep pada praktik pembelajaran. Kita tidak bisa menyimpulkan bahwa kemampuan anak yang difokuskan pada calistung adalah satu-satunya bukti keberhasilan belajar. Membangun kemampuan anak perlu dilakukan secara bertahap dan dalam cara yang menyenangkan agar manfaat baik dari pembelajaran akan bisa tercapai dengan penuh penghayatan.

Sebagai sebuah gerakan, upaya untuk mewujudkan transisi PAUD ke SD yang menyenangkan harus kita lakukan bersama-sama dengan semangat gotong royong. Guru harus mengupayakan perubahan pada proses pembelajaran di satuan pendidikan dengan didukung oleh para orang tua. Pun lebih ditegaskan lagi pada jenjang PAUD, seharusnya mampu mengawal pembelajaran yang dibangun di atas kemampuan fondasi secara holistik. Lingkungan yang nyaman dan inovatif dapat dipastikan mampu mendorong setiap anak untuk mendapat pengalaman belajar yang positif dan membahagiakan. Hal itu dapat dicapai dengan berbagai macam cara, dengan kurikulum yang selalu adaptif terhadap perkembangan zaman, guru yang berkarakter dan adanya fasilitas yang mendukung pembelajaran, maka tahap transisi PAUD ke SD yang menyenangkan ini akan bisa dicapai.

Kehadiran kebijakan transisi PAUD ke SD yang menyenangkan, pada proses adaptasi anak didik saat naik jenjang SD perlu diisi dengan kegiatan yang bisa memastikan setiap peserta didik mendapat proses adaptasi yang diperlukan agar dapat berkegiatan dengan nyaman dan nyaman, antara lain: pertama, dengan memulai pengenalan potensi diri siswa baru. Kedua, membantu siswa baru beradaptasi dengan lingkungan sekolah dan sekitarnya, antara lain terhadap aspek keamanan, fasilitas umum, dan sarana prasarana. Ketiga, menumbuhkan motivasi, semangat dan cara belajar efektif sebagai siswa baru. Keempat, mengembangkan interaksi positif antara siswa dan warga sekolah lainnya. Kelima, Menumbuhkan perilaku positif antara lain kejujuran, kemandirian, sikap saling menghargai, menghormati keanekaragaman dan persatuan, kedisiplinan, hidup bersih dan sehat untuk mewujudkan siswa yang memiliki integritas, kualitas, semangat dan motivasi untuk siap sekolah.

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *