Kisruh Pencalonan Bupati dan Wakil Bupati Himpunan Mahasiswa Psikologi UTM

Seruan aksi penolakan mewarnai pemilihan raya Bupati dan Wakil Bupati Program Studi Psikologi UTM, Kamis (26/12).

WARTAMU.ID, Madura – Keluarga Besar Psikologi Universitas Trunojoyo Madura (UTM) menyatakan sikap tegas, untuk menolak pencalonan Titik dan Noeril sebagai Bupati dan Wakil Bupati Psikologi UTM 2025.

Menurutnya, penolakan tersebut tak serta merta dilakukan, melainkan berdasarkan hasil Musyawarah Anggota (Muswa) Himpunan Mahasiswa Psikologi Universitas Trunojoyo Madura 2024 tentang pencalonan Bupati dan Wakil Bupati.

Selain itu, telah tertuang jelas pada hitam diatas putih tentang penetapan kriteria kepemimpinan ideal untuk menjaga keberlanjutan organisasi, yakni sebelumnya diharuskan telah berproses di himpunan yang akan dipimpin.

Sayang, faktanya Titik dan Noeril sama sekali tak memenuhi kriteria tersebut dan bersikeras terus memaksakan diri untuk maju dalam pencalonan dengan dalih mengacu pada Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) yang dibuat oleh Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya (KPUM FISIB).

KPUM FISIB sendiri diduga tak menghormati keputusan kriteria yang telah disepakati seluruh elemen Psikologi UTM dalam Muswa.

Lebih lanjut, menurut Mahasiswa Psikologi UTM, mereka seolah tak menganggap aspirasi dari seluruh elemen Psikologi, baik mahasiswa dari semua angkatan, komunitas yang ada dalam Psikologi maupun dosen Psikologi. Dianggapnya hanya angin lewat.

“KPUM FISIB yang seharusnya menjadi pelaksana demokrasi justru menjadi cerminan buruknya sistem demokrasi yang ada di FISIB, ” ujar salah satu Mahasiswa Psikologi UTM.

Menurutnya, keputusan-keputusan yang diambil dianggap janggal dan bertentangan dengan PKPU serta asas-asas Demokrasi.

Seiring penolakan yang diutarakan dengan lantang, Mahasiswa Psikologi UTM juga mempertanyakan di mana rasa malu dari pasangan calon, Titik dan Noeril.

“Kami, mahasiswa Psikologi, bukanlah sekadar penonton yang bisa dibungkam. Kami melihat adanya kejanggalan sistemik dalam proses penetapan yang dilakukan oleh KPUM, ” kata Mahasiswa Psikologi UTM lainnya.

Menurutnya, HiMaPsi bukanlah panggung ambisi. HiMaPsi adalah rumah bersama yang dibangun dengan dasar integritas, keterbukaan, dan aspirasi kolektif.

Mereka mengajak seluruh elemen Psikologi UTM untuk turut memperjuangkan demokrasi dan tak membiarkan oknum mencoreng nama demokrasi.

Imbas adanya gejolak pemilihan raya (Pemira) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya tersebut, menghadirkan tagar #SelamatkanPsikologi.