WARTAMU.ID, Humaniora – Metro Mermula dari dibangunnya sebuah Induk desa baru yang diberi nama Trimurjo. Pembukaan induk desa baru tersebut dimaksudkan untuk menampung sebagian dari kolonis yang telah didatangkan sebelumnya dan untuk menampung kolonis-kolonis yang akan didatangkan selanjutnya.
Kedatangan kolonis pertama di daerah Metro yang ketika itu masih bernama Trimurjo adalah pada hari Sabtu, 4 April 1936 dan untuk sementara ditempatkan pada bedeng-bedeng yang sebelumnya telah disediakan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Kemudian pada hari Sabtu, 4 April 1936 kepada para kolonis dibagikan tanah pekarangan yang sebelumnya memang telah diatur. Setelah kedatangan kolonis pertama ini, perkembangan daerah bukaan baru ini berkembang demikian pesat, daerah menjadi semakin terbuka dan penduduk kolonis-pun semakin bertambah, kegiatan perekonomian mulai tumbuh dan berkembang.
Pada hari Selasa, 9 Juni 1937 nama Desa Trimurjo diganti dengan nama Metro, dan karena perkembangan penduduknya yang pesat, maka Metro dijadikan tempat kedudukan Asisten Wedana dan sebagai pusat pemerintahan Onder District Metro. Sebagai Asisten Wedana (Camat) yang pertama adalah Raden Mas Sudarto. Penggantian nama Desa Trimurjo menjadi Desa Metro, karena didasarkan pada pertimbangan letak daerah kolonisasi ini berada ditengah-tengah antara Adipuro (Trimurjo) dengan Rancangpurwo (Pekalongan).
Mengenai nama Metro, seorang kolonis mengatakan berasal dari kata “Mitro” yang artinya keluarga, persaudaraan atau kumpulan kawan-kawan. Adapula yang mengatakan Metro berasal dari “Meterm” (Bahasa Belanda) yang artinya “pusat atau centrum” atau central, yang maksudnya merupakan pusat/sentral kegiatan karena memang letaknya berada ditengah-tengah. Kolonis yang lain mengatakan Metro mempunyai artian ganda, yaitu saudara /persaudaraan dan tempat yang terletak ditengah-tengah antara Rancangpurwo (Pekalongan) dan Adipuro (Trimurjo).
Beranjak dari sejarah berdirinya kota metro, dengan semakin berkembangnya pembangunan sarana dan prasarana Kota Metro juga dikenal sebagai salah satu kota pendidikan yang ada di Lampung karena terdapat banyak sekali sekolah-sekolah berdiri di kota ini, dari mulai TK, SD, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi Negri maupun Swasta.
Mayoritas agama yang di anut warga Kota Metro adalah islam, dengan berbagai jenjang pendidikan yang ada, ternyata tidak dibarengi dengan jumlah pendidikan non formal yang berbasis keagamaan, makadari itu kurang seimbangnya antara pendidikan formal dengan non formal yang basis kerohanian, hal itu bisa ditandai dengan masih banyaknya warga yang kurang memahami betul tahsin dan tajwid dalam baca’an al-qur’an, baik itu dari anak-anak maupun orang dewasa.
Dengan adanya problem itu, maka km3 (Korps Mubaligh Mahasiswa Muhammadiyah) memiliki solusi dan terobosan bagaimana bisa menyediakan wadah untuk memberdayakan masyarakat Kota Metro dan sekitarnya dalam mengatasi masalah tersebut dengan menamainya Klinik Qur’an, kegiatan ini dilakukan di tengah-tengah pusat Kota Metro, kenapa disebut klinik qur’an? Hal tersebut bisa dijelaskan bahwasanya klinik itu diibaratkan adalah sebuah rumah untuk menampung orang-orang yang kiranya memiliki masalah dalam kesehatan, nah dihubungkan dengan qur’an berarti orang-orang yang memiliki masalah dengan kesehatan baca’an al-qur’an, jadi itu adalah maksud dari istilah kata klinik qur’an.
Lalu secara pengaplikasianya adalah kami sebagai mentor daripada klinik qur’an tersebut mencari masyarakat sekitar Kota Metro yang kiranya bisa kita ajak dan mau untuk mendalami lagi dan mempelajari al-qur’an, dengan hal tersebut diistilahkan kata mencari pasienya yang kiranya ada masalah dengan kesehatan baca’an qur’annya.
Selain dari pada memberdayakan masyarakat untuk membenahi bacaan Al-Qur’an, km3 juga mewadahi masyarakat untuk membaca buku yang berkaitan keislaman, karena itu sebagai penunjang pengetahuan dan memperluas wawasan terkait Islam itu sendiri, mulai dari sejarah kenabian, fikih pemulah, sejarah Islam sampai dengan cerita-cerita Islam dari masa-kemasa.
Kegiatan klinik qur’an ini dilaksanakan sebulan 2 kali dengan rutin dilaksanakan pada pagi hari ba’da subuh dan alhamdulillahnya disambut sangat antusias dari masyarakt sekitar yang memang sedang beraktifitas dipagi hari dan wekend.
Dengan ikhtiar ini adalah salah satu trobosan dari teman-teman mahasiswa Muhammadiyah untuk memberdayakan masyarakat Kota Metro dan sekitarnya untuk mencegah terjadinya buta huruf terhadap bacaan qur’an, bagaimanapun kita sebagai umat muslim mau tidak mau maka harus mengusahakan untuk bisa membaca atau bahkan menghafal al-qur’an karena itu adalah kitab suci yang memang harus dipedomani dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh : Bugis Adi Tyon
Mahasiwa Universitas Muhammadiyah Metro Lampung
Artikel ini merupakan kiriman pembaca wartamu.id. (Terimakasih – Redaksi)