WARTAMU.ID, Humaniora – Bagi sebagian mahasiswa yang tinggal di kos, memasak bukan sekadar aktivitas harian, tetapi juga perjalanan rasa yang penuh makna. Salah satu mahasiswa Universitas Cokroaminoto Yogyakarta mengungkapkan bahwa memasak tempe goreng kecap, tempe sambel, dan tumis kangkung bukan hanya tentang menyajikan makanan, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap budaya kuliner Indonesia.
Mahasiswa tersebut menjelaskan bahwa tempe telah menjadi bagian dari pola makan masyarakat Indonesia sejak lama. “Tempe bukan hanya makanan yang mudah didapat dan murah, tetapi juga kaya akan protein dan memiliki sejarah panjang dalam budaya kuliner kita,” ungkapnya. Memasak tempe goreng kecap dengan cara menggoreng tempe hingga kecokelatan dan mencampurnya dengan kecap manis serta bumbu-bumbu sederhana memberikan rasa nostalgia yang mengingatkannya pada masakan ibunya di rumah.
Selain itu, tempe sambel yang memiliki cita rasa pedas juga menjadi favorit di kalangan mahasiswa. “Makanan ini tidak hanya menggugah selera, tetapi juga mencerminkan kreativitas anak kos dalam mengolah bahan sederhana menjadi hidangan yang lezat dan bergizi,” tambahnya.
Tumis kangkung pun menjadi pelengkap sempurna. “Dengan hanya menggunakan bawang putih dan cabai, saya bisa menyajikan sayuran yang segar dan kaya nutrisi,” kata mahasiswa tersebut. Menurutnya, makanan ini bukan hanya soal mengenyangkan perut, tetapi juga mengajarkan nilai kesederhanaan dan kebersyukuran.
Dalam Islam, makanan yang baik dan halal menjadi bagian dari kehidupan yang berkah. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
“Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal lagi baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 168)
Ayat ini mengajarkan pentingnya memilih makanan yang halal dan baik, baik dari segi kesehatan maupun spiritualitas. Dengan memasak sendiri, mahasiswa tidak hanya mengontrol kualitas bahan makanan, tetapi juga memastikan keberkahan dalam setiap suapan.
Lebih lanjut, mahasiswa tersebut menekankan bahwa memasak menjadi bentuk rasa syukur atas rezeki yang diberikan Allah. “Di tengah kesibukan kuliah dan organisasi, memasak adalah momen refleksi dan penghargaan terhadap kehidupan,” katanya.
Hidangan sederhana seperti tempe goreng kecap, tempe sambel, dan tumis kangkung menjadi simbol ketahanan dan kreativitas anak kos. Lebih dari itu, makanan ini juga menjadi sarana untuk menjaga kebersamaan dan berbagi kebahagiaan dengan sesama. Mahasiswa ini berharap, dengan membiasakan diri memasak, ia dapat terus menghargai nilai-nilai budaya, kesehatan, serta keberkahan yang terkandung dalam setiap hidangan.