Rengginang Cenlecen, Warisan Kuliner Madura yang Tetap Populer di Tengah Gempuran Makanan Modern

Rengginang buatan Surahman dijual dalam kondisi mentah dengan kemasan isi 100 biji, seharga Rp 50.000 per bungkus

WARTAMU.ID, Ragam – Pulau Madura, yang terkenal dengan kekayaan budaya dan kuliner khasnya, masih mempertahankan salah satu camilan tradisional yang hingga kini tetap populer, yaitu rengginang. Rengginang merupakan camilan gurih yang terbuat dari beras ketan, dikeringkan sebelum digoreng hingga menghasilkan tekstur renyah dengan cita rasa yang khas. Salah satu desa yang dikenal sebagai produsen rengginang terbaik di Madura adalah Desa Cenlecen, Kecamatan Pakong, Kabupaten Pamekasan.

Surahman, seorang warga Dusun Sumber Raya Timur, Desa Cenlecen, telah menjalankan usaha pembuatan rengginang selama hampir 10 tahun. Awalnya, Surahman berprofesi sebagai penjual ikan di pasar, namun seiring waktu, minat masyarakat terhadap ikan menurun sementara permintaan rengginang semakin meningkat. Melihat peluang ini, Surahman memutuskan untuk beralih profesi menjadi pembuat dan penjual rengginang, yang kini digemari oleh banyak orang.

Pembuatan rengginang di Desa Cenlecen masih setia menggunakan metode tradisional, dengan bahan-bahan berkualitas premium yang menghasilkan cita rasa autentik. Rengginang buatan Surahman hadir dalam tiga variasi rasa, yaitu original, gurih, dan manis. Keunikan rengginang Cenlecen terletak pada bahan alami yang digunakan untuk memberikan warna pada camilan ini. Rengginang dengan rasa gurih berwarna merah muda, yang berasal dari terasi merah, sementara rengginang rasa manis memiliki warna cokelat yang dihasilkan dari gula merah. Inilah yang membuat cita rasa rengginang Desa Cenlecen berbeda dari rengginang lainnya.

Pada hari Rabu, 10 Juli 2024, mahasiswa KKN 27 Universitas Trunojoyo Madura (UTM) mendapat kesempatan untuk belajar langsung tentang proses pembuatan rengginang Cenlecen dari istri Surahman. Proses pembuatannya dimulai dari pemilihan beras ketan berkualitas, pencucian, perendaman, pengukusan, pencetakan, hingga penjemuran. Beras ketan yang telah direndam selama beberapa jam diolah menjadi adonan yang kenyal. Penambahan rasa dilakukan sebelum proses pengukusan, yang kemudian menghasilkan rengginang yang siap dibentuk dan dijemur di bawah sinar matahari.

Proses penjemuran rengginang ini sangat bergantung pada cuaca. Jika sinar matahari cukup, penjemuran hanya membutuhkan waktu sehari penuh. Namun, jika cuaca mendung atau hujan, proses penjemuran bisa memakan waktu lebih lama. Penjemuran yang sempurna sangat penting untuk memastikan rengginang benar-benar kering sebelum digoreng, karena rengginang yang masih mengandung air saat digoreng tidak akan menghasilkan tekstur yang renyah.

Rengginang buatan Surahman dijual dalam kondisi mentah dengan kemasan isi 100 biji, seharga Rp 50.000 per bungkus. Pada saat hari-hari besar seperti Lebaran Idul Fitri, Surahman mampu menjual hingga 5000 biji rengginang. Setiap hari, pemasaran rengginang dilakukan di pasar dengan mengandalkan promosi dari mulut ke mulut (Word Of Mouth Marketing), yang membantu mempertahankan eksistensi rengginang Cenlecen di tengah serbuan makanan modern.

Selama hampir sepuluh tahun, usaha rengginang Surahman mengalami perkembangan, baik dari segi rasa maupun tekstur yang dihasilkan. Meski begitu, metode tradisional tetap dipertahankan untuk menjaga cita rasa autentik yang menjadi ciri khas rengginang Cenlecen. Bagi pecinta kuliner tradisional, rengginang Cenlecen merupakan pilihan sempurna untuk dinikmati. Usaha Surahman bukan hanya soal menghasilkan camilan yang lezat, tetapi juga tentang melestarikan warisan kuliner yang berharga di Madura.