WARTAMU.ID, Semarang – Ribuan jamaah memadati Universitas Muhammadiyah Semarang dalam Pengajian Hari Bermuhammadiyah dan ‘Aisyiyah yang diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Semarang, Ahad (9/2/25). Acara ini menghadirkan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti, sebagai penceramah utama.
Dalam tausiyahnya, Abdul Mu’ti membawakan tema “Menyongsong Ramadhan dan Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua”. Ia menekankan bahwa Ramadhan bukan sekadar bulan ibadah, tetapi juga momentum untuk membangun kesadaran sosial dan menghadirkan kesejahteraan bagi umat.
“Ada lebih dari sepuluh nilai utama yang menjadikan Ramadhan sebagai bulan istimewa. Ini menjadi kesempatan bagi umat Islam untuk meningkatkan ibadah, kepedulian sosial, dan introspeksi diri,” ujar Abdul Mu’ti yang juga menjabat sebagai Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia.
Ia menjelaskan bahwa Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW menegaskan keistimewaan Ramadhan dalam berbagai aspek. Salah satunya adalah keberkahan yang melimpah bagi mereka yang bersungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah dan berbagi dengan sesama.
Menurut Abdul Mu’ti, esensi dari ibadah puasa bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga mengasah empati terhadap mereka yang kurang beruntung.
“Puasa mengajarkan kita untuk lebih peka terhadap kondisi sosial. Kemakmuran yang dihasilkan dari Ramadhan harus berdampak bagi semua, bukan hanya individu tertentu,” jelasnya.
Ia juga menyoroti pentingnya pendidikan dan pemberdayaan ekonomi selama Ramadhan. Semangat berbagi yang tumbuh di bulan suci seharusnya tidak bersifat musiman, melainkan berkelanjutan.
“Zakat, infak, dan sedekah adalah instrumen nyata untuk membangun kesejahteraan umat. Jika ini dikelola dengan baik, Ramadhan bisa menjadi pendorong perubahan sosial yang lebih luas,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Abdul Mu’ti juga menjelaskan bahwa setiap ibadah dalam Islam merangkum empat aspek utama, yaitu:
- Tarikhu Tasyri’ – Sejarah bagaimana ibadah itu disyariatkan.
- Maqashid Syari’ah – Tujuan ibadah itu diwahyukan.
- Kaifiyatu Tasyri’ – Tata cara pelaksanaan ibadah.
- Hikmatu Tasyri’ – Makna di balik pensyariatan ibadah.
Terkait ibadah puasa Ramadhan, ia menyebutkan bahwa setidaknya ada tiga tujuan utama yang ingin dicapai:
- Tazkiyatun Nafs – Membersihkan jiwa manusia.
- Menciptakan kesejahteraan lahir-batin, baik di dunia maupun akhirat.
- Mewujudkan keadilan sosial dan hukum dalam kehidupan masyarakat.
“Kalau kita kaitkan tujuan syariat dengan ibadah puasa, kita juga dapat penjelasan di dalam Al-Qur’an bagaimana Allah mengutus Rasul-Nya untuk umat manusia dengan tiga misi utama, yaitu tilawah (membacakan ayat-ayat Allah), tazkiah (menyucikan jiwa), dan ta’lim (mengajarkan ilmu agama),” tuturnya sambil mengutip Surat Al-Jumu’ah ayat ke-2 dan Surat Al-Baqarah ayat ke-151.
Pengajian Hari Bermuhammadiyah dan ‘Aisyiyah ini menjadi agenda rutin tahunan yang diselenggarakan PDM Kota Semarang sebagai sarana memperkuat ukhuwah Islamiyah dan meningkatkan pemahaman keagamaan di kalangan warga Muhammadiyah dan masyarakat umum. Kehadiran Abdul Mu’ti sebagai penceramah utama semakin memperkaya wawasan para jamaah tentang makna Ramadhan yang lebih luas dari sekadar ibadah individual, tetapi juga sebagai jalan menuju kemakmuran dan keadilan sosial bagi semua.