RAGAM  

Sama Halnya Maulid Nabi dan Israkmikraj, Meski Tidak Ada Petunjuknya, Peringatan Hari Keagamaan Boleh Dilakukan Asalkan…

Ilustrasi Gambar oleh Konevi dari Pixabay

WARTAMU.ID, Yogjakarta – Peristiwa Nuzulul Quran pada 17 Ramadan dari langit dunia kepada Nabi Muhammad Saw berkaitan dengan malam Lailatul Qadar di 10 hari terakhir bulan Ramadan. Sebab, di malam Lailatul Qadar itulah awal dipindahkannya Alquran dari Lauhul Mahfuz ke langit dunia.

Meskipun tidak ada petunjuk langsung dari Nabi Muhammad Saw terkait peringatan Nuzulul Quran, tetapi momentum ini selalu diperingati sebagai hari keagamaan. Sama halnya seperti peringatan Maulid Nabi dan Israkmikraj yang fungsinya adalah membangkitkan semangat keagamaan kaum muslimin.

“Ya sampai hari ini oleh bangsa Indonesia itu diperingati baik Maulid Nabi, Israkmikraj maupun Nuzulul Quran bahkan dijadikan upacara kenegaraan. Ya tidak apa-apa, tapi yang jelas dari Rasulullah tidak ada. Yang ada petunjuk itu ialah pada malam Lailatul Qadar,” kata Ketua PP Muhammadiyah, Dadang Kahmad.

Dalam Catatan Akhir Pekan Tvmu, Sabtu (23/4) Dadang menilai peringatan hari keagamaan di atas tidak masalah asalkan umat Islam meresapi makna yang terkandung di baliknya dan berusaha menjadi muslim yang baik dalam bermasyarakat.

Adapun terkait 10 hari terakhir bulan Ramadan, ada petunjuk langsung dari hadis-hadis Nabi tentang bagaimana Nabi beraktivitas. Nabi Muhammad dijelaskan memperbanyak sedekah, zikir, dan amal baik di bulan Ramadan, lebih-lebih di 10 hari terakhir.

“Jadi kalau kita mau beramal melebihi kebiasaan ya menjelang 10 hari itulah diantaranya adalah kita banyak membaca Alquran, banyak sedekah dan banyak membaca doa Allahumma innaka afuwwun karim tuhibbul afwa fa’fu anni, Ya Allah sesungguhnya engkau maha pengampun, mencintai pengampunan, maka ampunilah kami. Itu mungkin yang harus diperbanyak di bulan Ramadan sambil kita banyak berbuat kebaikan pada orang lain,” pungkas Dadang. (afn)

Sumber : muhammadiyah.or.id