WARTAMU.ID, Jawa Timur – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya, Universitas Trunojoyo Madura menggelar acara yudisium pada 19 Juli 2024, kemarin. Acara yudisium tersebut sedianya dilaksanakan untuk meresmikan gelar sarjana dari mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya dari empat program studi, seperti Sastra Inggris, Sosiologi, Ilmu Komunikasi dan Psikologi.
Acara dipandu dengan dua pembawa acara yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, kemudian yudisiawan 250+ menempati tempat duduk masing-masing yang telah disediakan oleh panitia. Hikmat dan haru menyelimuti pelaksaan acara yang dilaksanakan pada siang hingga sore hari itu.
Beberapa momen yang membanggakan sekaligus mengharukan diantaranya prosesi pengukuhan, pengumuman penghargaan dan pidato kesan pesan dari yudisiawan. Pengukuhan dilakukan secara simbolis dan hikmat, dengan adanya prosesi ini artinya 250+ yudisiawan telah dikukuhkan menjadi sarjana sesuai gelar masing-masing. Selanjutnya fenomena baru terjadi saat pengumuman penghargaan bagi mahasiswa dan mahasiswi berprestasi, terbaik dan the best thesis.
Layaknya sebuah acara penerimaan penghargaan dan kejuaraan, momen ini diiringi dentum musik yang begitu mendebarkan. Pemenang the best thesis diambil dari masing-masing program studi, begitupun mahasiswa berprestasi tingkat prodi, diambil dari masing-masing program studi.
Berbeda dengan keduanya, penghargaan mahasiswa berprestasi dan terbaik tingkat fakultas diambil satu nama dari seluruh program studi, momen ini semakin mendebarkan saat nama itu disebutkan. Sugiati, perempuan yang kerap disapa Sugik itu berhasil memenangkan kategori mahasiswa berprestasi tingkat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya. Bahkan tidak hanya itu, Sugik juga memenangkan kategori mahasiswa berprestasi tingkat program studi.
Sugiati dimenangkan dengan kategori memiliki sertifikat akademik dan non akademik, lebih-lebih pada tahun 2023, tahun lalu dia menjuarai kompetisi mahasiswa berprestasi tingkat universitas dan keluar menjadi juara 1. Tentu bukan hal aneh lagi bagi Sugik untuk memenangkan kategori yudisiawan berprestasi ini.
Setelah menyabet dua penghargaan sekaligus, sorak sorai, gemuruh riuh seisi ruangan, terlebih dari kelompok teman-temannya memberikan selamat kepada Sugiati. Selanjutnya dia diminta untuk berpidato, menyampaikan kesan dan pesan. Lagi-lagi, perempuan asli Tuban ini membuat semua mata tertuju padanya, tercengang dan sesekali menghadirkan haru.
“Bapak, Ibu perlu diketahui bahwa ke dua orang tua saya hanya lulusan SD, namun berkat do’a, motivasi, kegigihan dan kerja kerasanya, saya bisa berdiri di depan Bapak dan Ibu Sekalian, bahkan ketika kuliah online, Ibu dan Ayah saya kerap mendampingi saya di samping saya. Membelikan makanan kesukaan saya agar tidak merasa bosan. Sungguh, orang tua adalah bukti cinta yang sebenarnya “ ujarnya, dalam pidato penyampaian kesan pesan itu
Tentu semua mata tertuju kepadanya, Sugiati yang berpidato di podium itu terlihat matanya sedikit berkaca-kaca saat membicarakan perihal orang tua. Terlebih dia menyampaikan bahwa perjuangannya untuk kuliah tidak mudah.
“Setiap mau ke Madura, saya harus berangkat dini hari dan naik perahu agar tidak tertinggal kereta api” tambahnya
Baginya, perjuangan yang sesungguhnya baru saja di mulai setelah dia keluar dari gedung tersebut. Dia berpesan kepada teman-temannya untuk tetap berani bertempur menghadapi kehidupan dunia yang semakin ugal-ugalan ini. Lebih-lebih, menurutnya memilih satu jalan dan mengambil keputusan adalah bentuk tindakan terbaik. Sekalipun dia perempuan, dia bertekad untuk bertempur menghadapi kehidupan yang semakin keras ini. Dalam pidatonya, Sugik terlihat begitu tegas menyampaikan kata demi kata dan sesekali mata audiens terbelalak dengan dua penghargaan yang dikalungkan di lehernya. Keren.