Tapering Diributin Sama Orang Gedongan, buat Wong Cilik Apa Dampaknya?

Ilustrasi : Ahmad Ardity dari Pixabay

WARTAMU.ID – Tapering menjadi kabar yang menghebohkan dunia keuangan dan investasi. Kata yang sebagian besar masyarakat menganggapnya bahasa langit itu menjadi momok yang menakutkan buat para orang gedongan, lalu bagaimana dengan wong cilik? Dikutip dari finance.detik.com

Buat orang kaya tapering memang mengkhawatirkan, apalagi mereka yang terbiasa menempatkan uangnya ke instrumen investasi. Sebab tapering bisa mengguncangkan dunia investasi.

Melansir Investopedia, Senin (23/8/2021) tapering merupakan kebijakan dari bank sentral yang mengurangi pembelian aset seperti obligasi (surat utang). Kebijakan ini merupakan kebalikan dari kebijakan yang namanya pelonggaran quantitative easing (QE).

Bank sentral AS, The Fed sendiri sudah melakukan pelonggaran untuk merangsang ekonomi AS yang sebelumnya loyo dihantam pandemi COVID-19. Kebijakan yang dilakukan di antaranya penurunan suku bunga dan melakukan ‘pencetakan uang’ dengan membeli US treasury hingga mencapai US$ 120 miliar per bulannya.

Nah ketika kebijakan itu sudah berhasil dan ekonomi mulai membaik, untuk mencegah mesin ekonomi terlalu panas maka tapering dilakukan. Bank sentral akan mengurangi suntikan uang ke pasar dan akan menaikkan suku bunga acuan.

Jika itu terjadi maka para investor dunia yang memiliki uang jumbo akan menarik uangnya yang mereka sebar ke negara-negara berkembang seperti Indonesia. Mereka akan kembali menempatkan uangnya di AS karena dianggap menguntungkan.

Nah ketika dana asing keluar dalam jumlah yang besar dampaknya bisa menjalar kemana-mana. Pertama jika keluar dari pasar modal, maka saham-saham akan berjatuhan. Orang-orang gedongan yang punya investasi di pasar modal ataupun instrumen yang berkaitan dengan pasar modal pasti khawatir.

edua, ketika ketika para investor global yang menarik uangnya dari RI, mereka membutuhkan dolar AS yang besar. Jika permintaan dolar AS meningkat signifikan, maka nilainya akan naik dan rupiah yang kita cintai akan semakin lemah.

Nah inilah yang mungkin akan berdampak buat wong cilik. Sebab Indonesia masih sebagai negara yang bergantung pada impor. Jika rupiah loyo, maka barang-barang hasil impor maupun barang-barang yang bahan bakunya didatangkan dari luar negeri kemungkinan akan ikut naik.