Lazismu dan Madani Berkelanjutan Tingkatkan Kapasitas Adaptasi Perubahan Iklim melalui Workshop: Fokus pada Kolaborasi dan Potensi Lokal

Dalam workshop tersebut, para peserta juga diajak untuk melakukan analisis sejauh mana pentingnya adaptasi dan mitigasi dalam menghadapi perubahan iklim

WARTAMU.ID, JAKARTA – Tantangan perubahan iklim semakin nyata di sekitar kita. Sekjen PBB, Antonio Guterres, baru-baru ini mengingatkan bahwa pemanasan global telah berakhir dan yang kini terjadi adalah “pendidihan global”. Suhu yang semakin panas dalam beberapa waktu belakangan ini mengonfirmasi bahwa dampak perubahan iklim, yang sudah sering diperingatkan, kini benar-benar berada di depan mata. Fenomena ini adalah hasil dari era industrialisasi yang terus berlangsung tanpa henti.

Persoalan perubahan iklim menjadi fokus utama dalam workshop yang diselenggarakan oleh Lazismu dan Madani Berkelanjutan selama dua hari, 3-4 Agustus 2024, di Menteng, Jakarta. Workshop ini mengkaji secara mendalam mitigasi dan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim, dengan tujuan meningkatkan kapasitas peserta dalam menghadapi tantangan global ini.

Ketua Badan Pengurus Lazismu, Ahmad Imam Mujadid Rais, yang juga ikut serta dalam acara tersebut, menjelaskan bahwa alur materi workshop yang disusun secara sistematis dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi sebuah framework bagi Lazismu dalam pelaksanaan program-program lingkungan. Menurutnya, selama dua hari tersebut, peserta diajak untuk mengeksplorasi fakta-fakta perubahan iklim yang terjadi di daerah masing-masing.

“Mereka melihat sendiri bagaimana dampak perubahan iklim di daerah mereka, seperti kesulitan mendapatkan air bersih, lahan pertanian yang kering, dan suhu yang makin panas. Ini adalah sebagian kecil dari contoh-contoh nyata yang mereka sampaikan,” ujar Mujadid Rais.

Dalam workshop tersebut, para peserta juga diajak untuk melakukan analisis sejauh mana pentingnya adaptasi dan mitigasi dalam menghadapi perubahan iklim, serta bagaimana Lazismu sebagai lembaga filantropi dapat turut berkontribusi. Mujadid Rais menekankan bahwa perubahan iklim dan lingkungan dapat dijadikan sebagai saluran program menarik yang sumber dananya dikemas melalui aksi penghimpunan (fundraising).

“Lazismu memiliki peluang besar untuk berkolaborasi dalam program lingkungan dan perubahan iklim ini. Ini bukan sesuatu yang bisa dilakukan sendiri, tetapi harus melibatkan sinergi kuat dengan majelis, lembaga, ortom, dan pihak lainnya di internal persyarikatan,” kata Mujadid Rais. Ia juga menyoroti pentingnya inisiasi membangun aliansi lintas sektor, termasuk dengan komunitas lintas agama, pemerintah pusat dan daerah, serta media, untuk meningkatkan kesadaran publik tentang perubahan iklim.

Sementara itu, Manajer Research and Development Lazismu, Sita Rahmi, mengungkapkan bahwa workshop ini adalah kelanjutan dari rangkaian workshop sebelumnya yang berfokus pada panduan kerangka kerja logis. Workshop ini diikuti oleh peserta dari berbagai wilayah dan daerah yang sebelumnya telah diberikan pembekalan tentang isu lingkungan.

“Dengan metode partisipatoris, peserta dirangsang untuk memetakan masalah dan mengidentifikasi potensi lokal di daerah mereka masing-masing. Harapannya, mereka dapat memetakan kondisi daerahnya, misalnya ketika terjadi kekeringan, apa yang bisa dilakukan dengan potensi lokal agar dapat beradaptasi dengan musim kering,” jelas Sita Rahmi.

Ia menambahkan bahwa koordinasi dengan aktor lokal dan jaringan Muhammadiyah sangat penting agar rencana aksi dapat lebih konkret dan program adaptasi perubahan iklim dapat direalisasikan. Workshop ini menjadi bekal dan pintu masuk bagi rekan-rekan Lazismu di wilayah dan daerah untuk menjalankan program adaptasi perubahan iklim yang sesuai dengan kebutuhan lokal.

Dengan kolaborasi dan strategi yang matang, Lazismu dan Madani Berkelanjutan berharap dapat mengimplementasikan program-program yang tidak hanya mitigatif tetapi juga memberikan dampak nyata bagi masyarakat dalam menghadapi perubahan iklim yang semakin mengancam.