WARTAMU.ID, Bandar Lampung – Sekolah Menengah Pertama SMP Lazuardi Haura Global Compassionate yang berlokasi di jalan Imba Kusuma No.9-10 Kelurahan Sumur Putri Kecamatan Teluk betung Selatan Kota Bandar Lampung, mengawali proses pembelajaran di tahun 2022-2023 dengan mengadakan agenda Asesmen Diagnostik kepada para peserta didik. Asesmen Diagnostik merupakan suatu penilaian yang digunakan untuk mengetahui potensi, minat dan bakat, kelemahan-kelemahan (weaknesses) dalam menguasai materi atau kompetensi tertentu serta penyebabnya, juga dapat menjadi salah satu penguatan terhadap prinsip “teaching at the right level” (pembelajaran sesuai dengan tingkat).
Selain itu juga komunikasi dengan orang tua pun dilakukan dalam agenda Three Ways Conference yang juga bertujuan untuk mengidentifikasi hambatan dan mencari solusi bersama, menyiapkan rencana aksi tekait prioritas dan strategi untuk mencapai tujuan dalam proses pembelajaran, menemukan nota kesepahaman bersama, komitmen dan tindak lanjut serta dukungan (support) yang diharapkan oleh peserta didik baik dalam hal akademik, non akademik dalam mengali potensi bakat dan minatnya.
Adapun tindak lanjut dari asesmen diagnostik ini disesuaikan dengan aspek yang dinilai pada asesmen. Tindak lanjut pembelajaran mencerminkan tindakan yang relevan dengan kondisi setiap peserta didik, akomodatif sekaligus fleksibel, tes asesmen diagnostik memiliki karakteristik, diantaranya memiliki variabilitas yang rendah dan waktu pengerjaannya yang fleksibel. Disertai interpretasi dan rancangan tindak lanjut.
Asesmen diagnostik digunakan untuk mendeteksi kesulitan belajar siswa dan bukan untuk menguji siswa “Lulus” atau “Tidak Lulus”. Analisis sumber kesalahan atau kesulitan siswa. Ketidakjujuran siswa mengaburkan hasil diagnostis dan interpretasinya. Demikian kutipan dari pendapat Gede Cahya Pradana, yang juga merupakkan Perekayasa Ahli Pertama Pusat Asesmen Pendidikan, Kemendikbudristek.
Secara garis besar terdapat dua jenis asesmen diagnostik yang dapat gunakan untuk mengidentifikasi, menginventarisir segala hal yang ada pada peserta didik yaitu, Asesmen diagnostik kognitif dan Asesmen diagnostik non kognitif.
Asesmen diagnostik kognitif
Asesmen Diagnosis Kognitif dapat dilaksanakan secara rutin, ditahap awal ketika guru akan mulai memperkenalkan sebuah topik pembelajaran baru, di akhir ketika guru sudah selesai menjelaskan dan membahas sebuah topik tertentu, dan waktu yang lainnya selama semester (di setiap dua minggu/ bulan/ triwulan/ semester). Hal ini mengingat kemampuan dan keterampilan peserta didik di dalam sebuah kelas berbeda-beda. Ada yang lebih cepat paham dalam topik tertentu, akan tetapi ada juga yang membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami topik tersebut. Seorang siswa yang cepat paham dalam satu topik, belum tentu cepat paham dalam topik lainnya.
Adapun tujuan dari Asesmen Diagnosis Kognitif diantaranya dapat mengidentifikasi capaian kompetensi siswa, menyesuaikan pembelajaran di kelas dengan kompetensi rata-rata siswa dan juga memberikan kelas remedial atau pelajaran tambahan kepada siswa dengan kompetensi di bawah rata-rata. Kegiatan Asesmen Diagnosis Kognitif dapat dilakukan dengan cara, memuat jadwal pelajaran asesmen, Identifikasikan materi asesmen
Asesmen Diagnosis Non Kognitif
Asesmen ini dilaksananakan dalam rangka menilai aktivitas peserta didik selama belajar di rumah dengan tetap memperhatikan kondisi keluarganya. Hal ini terkait persiapan dan pelaksanaan asesmen diagnosis non kognitif, keterampilan guru untuk bertanya dan membuat pertanyaan dapat membantu guru mendapatkan informasi yang komprehensif dan cukup mendalam.
Sedangkan tujuan dari asesmen Diagnosis Non Kognitif untuk mengetahui kesejahteraan psikologi dan sosial emosi siswa, aktivitas belajar di rumah dan kondisi keluarga siswa. Beragamnya kondisi sosial ekonomi, akses teknologi, serta kondisi wilayah, menyebabkan proses belajar dan kompetensi siswa menjadi sangat bervariasi.
Dalam pelaksanaannya Asesmen diagnosis non kognitif dapat melalui beberapa tahapan, yaitu, dengan memulai persiapan dengan alat bantu berupa gambar ekspresi emosi, seperti minta siswa mengekspresikan perasaannya selama belajar di rumah dengan bercerita, membuat tulisan, atau menggambar mendesain pertanyaan kunci pelaksanaan, dan tindak lanjut dengn mengidentifikasi siswa dengan ekspresi emosi negatif dan ajak berdiskusi empat mata. Menentukan tindak lanjut dan mengkomunikasikan dengan siswa serta orangtua jika diperlukan.