Oleh : As’ad Bukhari, S.Sos., MA.
(Analis Kajian Islam, Pembangunan dan kebijakan Publik)
WARTAMU.ID – Ketika wabah melanda di seluruh dunia, maka terjadilah krisis yang sangat rentan menjadi lemah tak berdaya. Dalam hal ini banyak yang memang melihat dengab sudut pandang agama, politik, psikologi dan sosial. Namun sangat minim dalam aspek humanistik atau kemanusiaaan sebagai nilai harmonisasi menjaga diri dari bahaya pandemi covid-19 ini. Semua mencari kesalahan dan semua saling saling menyalahkan antar satu dengan yang lainnya, sehingga semuanya merasa benar dan mencari pembenaran tunggual secara monopolistik. Tidak ada lagi rasa kemanusiaan yang lebih rill secara nyata dan praktis terhadap umat manusia yang paling rentan serta terdampak besar oleh pandemi Covid-19.
Harmonisasi yang dimaksud bukan hanya sekup paling kecil yakni dalam sebuah keluarga. Melainkan harmonisasi pada seluruh aspek kehidupan ini, sehingga menyatukan seluruh jiwa umat manusia dari berbagai kalangan maupun latar belakang. Hamonisasi antara suami dengan istri, pemimpin dengan rakyat, dokter dengan pasien, rohanian dengan jamaah, ulama dengan jamaah, atasan dengan bawahan, dosen dengan mahasiswa, penjual dengan pembeli, guru dengan siswa dan seterusnya. Hal itu untuk saling menguatkan antar satu dengan yang lainnya dengan rasa saling simpati, saling empati maupun saling motivasi tanpa rasa lelah apalagi mengeluh berkelanjutan. Untuk membuktikan bahwa semua ini harus dijalani dengan penuh ketabahan dan keyakinan yang kuat agar mampu mengahadapinya serta melawannya.
Lihatlah sudah berapa besar kerugian di tengah pandemi Covid-19 ini, jangan sampai membuat kerugian yang lebih menyedihkan dalam nilai harmonisasi kehidupan. Harus menjaga solidaritas yang tinggi sebagai nilao humanisasi yang melekat pada diri dan jiwa kita yang notabene ialah jiwa penuh rasa cinta dan kasih sayang antar sesama tanpa perbedaan maupun halangan lain. Kita tahu bahwa ini adalah masa sulit kehidupan yang bukan hanya kita saja merasakannya, namun seluruh umat manusia seluruh alam semesta ini merasakan suasana ini yang menjadi fenomena kehidupan melalui virus corona yang sangat kecil ini.
Ada banyak hal yang bisa dilakukan agar tetap menjaga harmonisasi kehidupan. Minimal tidak memberikan penilain negatif terhadap apapun, tidak saling menjatuhkan dengan alasan apapun, tidak mencari pembenaran dengan memaksakan kehendak, tidak selalu merapati kesedihan dengan segala kelemahan, tidak harus mencari kambing hitam atas nama konspirasi ataupun tipu daya makar kekuasaan, tidak perlu menyudutkan korban dengan cara puas diri menghina lagi menyalahkan dan tentunya tidak menjadi salah jalan menilai manusia dengan sudut pandang agama yang diyakini. Harus kita sadari bahwa hidup ini memang penuh dinamika, penuh sandiwara, penuh problematika. Sehingga tak payah berkeras hati untuk merusak harmonisasi kehidupan di semua unsur dan dimensi yang ada. Terus optimis untuk selalu bangkit dan melawan dengan cara yang bijaksana dan penuh kearifan menggunakan nalar logika yang jernih serta bersih. Karena semua butuh waktu dan juga butuh kesabaran yang berdasarkan pada modal keilmuan dan pengetahuan.
Sudah saatnya menjaga harmonisasi dengan siapapun di sekitar maupun lingkungan kita baik pada keluarga sendiri, keluarga besar, tetangga, dan seluruh komponen masyarakat sosial yang ada. Agar semuanya lekas membaik dan membawa perubahan baru setelah melalui pandemi Covid-19 ini. Maksimalkan segala usaha dan upaya yang kita miliki untuk terjun secara nyata dengan kemampuan dan kontribusi yang dimiliki, sekalipun itu sangat kecil lagi sederhana. Harapannya tentu agar kehidupan ini menjadi lebih baik, harus kuat untuk bertahan dan tetap melakukan yabg terbaik sebisa mungkin. Setiap yang kita berikan selama masih bermanfaat dan bernilai, maka itu sudah cukup bagi kita untuk tetap menjaga harmonisasi di tengah pandemi Covid-19 ini tanpa harus menyalahkan siapa-siapa. Sedari bahwa salah akan selalu ada dan terus bertumbuh kembang, dan yang perlu dilakukan ialah bawah kebaikan pun jauh lebih tumbuh dan besar dari setiap kesalahan yang ada. Rugi bila waktu, tenaga, pikiran, harta, dan segala apa yang ada yang dimiliki dihabiskan untuk merusak keharmonisan hanya karena pandemi yang ini merupakan fenomena kehidupan dunia.
Mulai dari langkah terkecil kita lakukan secara optimis dengan semangat motivasi untuk bangkit serta memupuk solidaritas kita. Inilah waktunya untuk kita yang mungkin sibuk menjadi luang, yang jauh menjadi dekat, yang keras hati menjadi baik hati, yabg tinggi hati menjadi rendah hati, yang malas menjadi rajin, yang lemah menjadi kuat, yang jumawa menjadi sahaja, yang pesmis menjadi optimis, yang acuh menjadi peduli, yang ego menjadi terbuka begitu seterusnya sampai menjadi yang lebih baik. Jangan sampai terbalik dan menjadi dunia yang terbalik, karena kerugian itu sangat menyedihkan dan tidak menguntungkan dalam nilai kehidupan. Akan tetapi kebaikan dan kebermanfaatan adalah jalan kita untuk saling menjaga keharmonisan dalam kehidupan.