RAGAM  

“Moderasi Ditangan Kader IMM”, Refleksi Pemikiran Menuju Musyda IMM Lampung ke XII

Hasbullah (Dosen Universitas Muhammadiyah Pringsewu)

WARTAMU.ID, Suara Pembaca – Tantangan yang dihadapi mahasiwa dewasa ini begitu berat dan komplek, jelasnya berbeda dangan masa lalu. Bukan lagi kekerasa dalam retorika, acaman intelektual, kilernya dosen dalam proses kuliah, dan sulitnya meraih nilai. Namun jauh dari itu, mahasiswa hari ini juga harus bertanggung jawab atas keadaan negeri hari ini yang dalam keadaan sakit baik secara fisik maupun nurani. Begitu banyak persoalan negeri ini, mulai dari persoalan imoralitas para pemimpin negeri dengan masih marak dan terangnya kasus korupsi, kolusi, nepotisme dan pelanggaran sosial kemanusiaan lainnya. Belum lagi kebijakan-kebijkan pemerintah, tidak lagi berpihak pada kesejahteraan, keadalina rakyatnya bahkan cendrung merusak nilai tolerasi dan saling menghargai perbedaan.

Jelasnya, bahwa persoalan di negeri ini betumpuk terus menurus silih beganti, bagaikan tempat pembuangan sampah. Belumlah sampah terurai dan menyatu dengan tanah namun sampah baru datang dengan jenis sampah yang beraneka ragam. Begitupun bangsa ini, masalah silih berganti mengalir dengan derasnya mulai dari masalah ekonomi, politik, pendidikan, sosial dan agama. semua itu terlihat jelas masalahnya, namun yang tejadi itu semua dipelihara sehingga bau busuknya hilang ditelah masalah baru.

Rendahnya komitmen terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara sangat rendah, dimana dengan mudahnya setiap warga masyarakat mempropokasi dan terpropokasi dengan isu-isu suku, etnis, budaya, dan agama. Di mana isu dan persoalan persoalan tesbut itu menjadi perdagangan dalam dunia politik bangsa ini, hal ini tentunya sangat menjijikkan dan mengerikan. Seharusnya sebagai warga negara, sudah semestinya berusaha untuk menjaga kebersamaan, saling gotoroyong, tenggang rasa dan juga saling mengingatkan. Pada hakekatnya semua yang ada merupakan warisan dari leluhur bangsa ini. Dimana leluhur dulu dalam perbedaan mereka tetap saling mendengarkan, memahami dan juga ikut serta merasakan segala bentuk kesakitan dan kesengsaraan.

Mahasiswa, dalam hal ini Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), adalah satu elemen masyarakata yang memiliki kekuatan untuk mengimplemtasikan, mensosialisasikan bahkan melembagakan nilai-nilai moderasi. Maka dengan modal kader yang memiliki keberagamanbaik itu secara keilmuan, sosial, kultur yang cukup mengakar dibalut dengan pemahaman trilogi dan trikompetensi ikatan ini mejadi bekal yang besar untuk mejalankan misi dari moderasi tersebut, terlebih moderasi Islam dalam pemahaman perysarikatan Muhammadiyah.

Maka sudah seyogyanya IMM menjadi simbol dari kekuatan dalam rangka menggerakan nilai tenggang rasa, toleransi, saling menghormati, mengharagai pendapat, menikmati keberagaman, mengedepan nilai-nilai persaudaraan, tegakkan keadilan, lahirnya kesejahteraan dan mengutamakan kersamaan di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara. Maka moderasi bagi IMM adalah jendela untuk pembuktian bahwa kader IMM adalah seorang akademisi Islam yang berakhlak mulia dan akan senantiasa menjadi pena dan busur untuk terwujudnya tujuan Muhammadiyah.

Tentunya bukan hal yang mudah untuk menjalankan moderasi. Di tengah bangsa yang warga masyarakatnya majemuk, maka sudah dipastikan akan menemui persoalan dan masalah dalam menjalankan titah dalam moderasi tersebut. Oleh karenanya IMM harus segera bergerak dalam rangka memperkuatan eksistensi sebagai organisasi yang menjadi tempat berkumpulnya kaum intelektual. Kaum yang akan senantiasa menjaga dan merawat perbedaan dalam siraman keilmuan, sehingga setiap narasi baik kata dan tulisan mengadung nilai kemaslahatann untuk umat manusia.

Untuk moderasi, maka pemikiran-pemikiran kader IMM harus segera dikumpulkan, ditulis dan dibangun dengan sistematis berkemajuan sehingga mampu diejawantahkan dalam kehidupan di masyarakat bahkan menjadi solusi untuk menguatkan persatuan dan kesatuan bangsa. Pemikiran seluruh kader, tidak boleh berhenti hanya untuk menggerakan dan membesarkan ikatan, namun pemikiran diperuntukkan untuk menggerakan kehidupan lebih luas dan dalam. Sehingga bukan saja lingkungan IMM, persyarikatan namun masyarakat luas merasakan buah dari pemikiran kader IMM. Oleh karenanya, pemikiran kader IMM harus dilewatkan dalam mulianya lingkaran diskusi, sucinya goresan pena, dan eloknya mimbar-mimba akademis, semua itu diproses dalam rangka menyuarakan kehidupan yang lebih baik dan mewujudkan nilai kemanusiaan secara utuh dan menyeluruh.

Selain itu, kader IMM dengan kompetensi humanisnya tidak lagi tersulut dengan perbedaan warna kebiasaan dan adat istiadat. Hari ini, gerak ikatan yang dijalankan oleh seluruh kader harus diarahakan pada terwujudnya pergaulan hidup yang lebih baik dan memerdekakan. Pergaulan yang dibangun adalah pergaulan mencerdasakan, mencerahkan dan menghidupkan nalar fikir maupun nalar prilaku. Sehingga kader IMM akan dengan bangga dan senang untuk menyampaikan dan mengeksprasikan pemikiran serta gerakan dalam rangka memajukan ikatan, persyarikatan dan umat. Moderasi dalam kompetensi humanasi tergambar dalam keramahan dalam keragaman budaya dan tradisi kehidupan, namun tetap menjaga eksistensi manusia dan keIslaman.

Moderasi dalam persfektif humanis, menjadikan kader tidak melahirkan kekerasan ketika tejadi perbedaan dalam menentukan pemimpin, tidak ada lagi faksi senioritas ataupun ligitimasi jalur perkaderan. Nilai humanis dalam moderasi menolak segala bentuk kekerasa baik itu fisik maupun kekerasan pemikiran. Dengan humanisnya IMM sudah harus mewujudkan keadaban kader dan peradaban ikatan yang mengutamakan nilai-nilai dasar kehidupan, kemanusiaan serta menjadi diri kader siap mengabdi untuk umat dan bangsa.

Moderasi ditangan IMM akan dilembagakan dengan cara terus menjaga dan merawat nilai-nilai religus kader. Di tengah berkembangnya cara berfikir, cara pandang, sikap dan praktik dalam beragama khususnya berIslam yang ini kadang menyebabkan jatuhkan martabat kemanusiaan bahkan Islam. Dari ajaran agama menjadi saling menyalahkan, memfitnah dan menghardik baik diri maupun keilmuan sehingga ajaran Islam terasa menyelisih ketenangan dan ketentraman hidup. Padahal berIslam pasti mengajarkan keselamatam, keamanan dan mewujudkan ketentraman.

Dari sinilah, sudah sepatutnya kader IMM mendapatkan pemahaman ajaran Islam secara menyeluruh dan mendasar pada al Qur’an dan As Sunah. Islam bagi kader IMM bukan dipadangan sebagai rangkaian perintah, larangan, padahala dan dosa. Ajaran Islam harus dibawa pada kehidupan di masyarakat dan menjadikan nilai untuk menjaga kebersamaan, tolerasi, mewujudkan keadilan dan peradaban hidup berbangsa dan bernegara.

Moderasi ditangan-tangan kader IMM akan menjelaskan dan membuka tabir keterpurukan kehidupan warga masyarakat bangsa dalam kemajemukan suku, ras dan agama. Kader IMM memandang moderasi bukan saja suatu program, namun ini juga jalan dakwah yang sebagaimana disampaikan dalam Al Qur’an. Moderasi akan terus disosialisasikan sehingga menjadi satu lembaga besar di IMM untuk mewujudkan kebaikan di masyarakat dalam kehidupan berbangasa, bernegara sehingga terwujud kehidupan yang toleran, harmonis, damai, maju dan berkeadilan. Pada watuktnya terwujud negara yang adil, makmur yang di Ridhai Allah SWT.

Oleh : Hasbullah
Dosen Universitas Muhammadiyah Pringsewu

Artikel ini merupakan kiriman pembaca wartamu.id. (Terimakasih – Redaksi)