WARTAMU.ID, Bogor (Jawa Barat) – Beas Perelek, Menilik dari Penamaannya terdiri dari dua kata. Beas,yang menjadi objeknya , dalam bahasa indonesia berarti beras. Makanan pokok Rakyat Indonesia pada umumnya. tersedianya beras dirumah , bisa dibilang menjadi hal yang wajib bagi kelangsungan hidup Rakyat Indonesia.
Sementara perelek, merupakan istilah dalam bahasa sunda yang diambil berdasarkan kebisaan orang sunda untuk menamai sesuatu,sesuai dengan bunyi yang dihasilkan.
Pada praktiknya, bulir beras yang diambil segenggam tangan dan dijatuhkan dalam wadah yang dibawa oleh petugas perelek. Bulir beras yang jatuh itu,menurut orang sunda itu berbunyi, “Perelek…Perelek…Perelek”. Karena kebiasaan tersebut, maka tradisi itu disebut beas perelek.
Jika dimaknai secara istilah, berdasarkan uraian tersebut, maka beas perelek adalah beras yang diambil oleh kepalan tangan, kemudian disimpan dalam satu suatu wadah.
Organisasi Kepemudaan yang Forum Muda-Mudi Maduhur Desa Sukajaya Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor adalah salah satu diantaranya yang melakukan program himpun perelek dari warga untuk warga.
Menurut Wakil Ketua Forum Muda-Mudi Maduhur Kampung Sinarwangi RT 05/06 Desa Sukajaya Kecamatan Tamansari , Disya famela sagita (15), aksi ini dapat terlaksana berkat gotong royong dari warga kampung sinarwangi.
“Alhamdulilah program ini sudah berjalan selama dua bulan dan sasarannya warga sekitar khususnya RT 05/06 yang mana dapat menikmati hasilnya,”pungkasnya.
Pembagian kepedulian sosial ini dibagikan kepada warga kampung sinarwangi dalam rangka saling membantu(24/10/21).
Penerima manfaat Perelek dan sembako ,Ugan (65) , mengatakan bahwa sangat bersyukur ia dan istrinya mendapatkan bantuan sembako serta mendoakan agar istiqomh dalam Program tersebut.
Sementara itu dilokasi yang sama, Ketua Karang Taruna Desa Sukajaya Kecamatan Tamansari, Asep Suryana (29) Selaku Pembina Mengatakan, “didalam filosofi Beas perelek ini terdapat nilai-nilai luhur gotong royong,semangat saling membantu dan merupakan simbol kebersamaan yang fundamental sebagai landasan untuk mencapai ketentraman juga kesejahteraan, bilamana faktor-faktor tersebut terpunuhi maka insya Allah kesejahteraan dimasyarakat tidak sulit untuk dicapai, nah Forum Muda-Mudi Maduhur sedang melakukan itu,”Ujar Asep.
Bila dikaitkan dengan kondisi di tengah pandemi Covid 19 saat ini. Jika kesejahteraan masyarakat sudah tercapai, pemberlakuan karantina wilayah dalam rangka mencegah rantai penyebaran virus corona, sepertinya tidak perlu ragu dilakukan. Karena masyarakat, sudah memiliki caranya sendiri untuk saling memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan budaya Sunda sudah menawarkan solusinya lewat tradisi Beas Perelek. (AN)