RAGAM  

Program Pekarangan Pangan Lestari: Solusi Hijau untuk Ketahanan Pangan Indonesia

Fungsi halaman rumah melalui program P2L dinilai dapat menciptakan ketahanan pangan masyarakat. ANTARA FOTO

WARTAMU.ID, Jakarta – Bayangkan setiap halaman rumah di Indonesia dipenuhi tanaman pangan seperti cabai, tomat, bayam, hingga aneka rempah-rempah. Selain menambah estetika, pekarangan yang hijau ini juga menjadi sumber pangan bagi keluarga. Gambaran ini bukan sekadar impian, melainkan bagian dari program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) yang diinisiasi oleh Kementerian Pertanian sejak 2010.

Dilansir dari Indonesia.go.id, program P2L awalnya dikenal sebagai Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang dijalankan oleh Badan Ketahanan Pangan hingga 2019. Pada 2020, program ini diubah menjadi P2L dengan tujuan memperluas penerima manfaat dan memaksimalkan penggunaan lahan pekarangan untuk tanaman pangan bergizi.

P2L dirancang untuk memberdayakan kelompok wanita tani (KWT) sebagai penggerak utama. Dengan pelatihan, bantuan benih, dan peralatan bercocok tanam, program ini tidak hanya mendukung konsumsi pangan bergizi, tetapi juga menambah pendapatan keluarga.

Kontribusi P2L dalam Ketahanan Pangan

Hingga 2024, program ini telah menjangkau lebih dari 11.000 kelompok tani di seluruh Indonesia dengan dukungan anggaran sebesar Rp250 miliar per tahun. Lebih dari 70 ribu pekarangan kini menjadi taman pangan produktif yang membantu memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga.

Hasil panen dari P2L telah membantu 1 juta keluarga mengurangi pengeluaran untuk bahan pangan hingga 20%. Cabai, salah satu komoditas yang sering menjadi perhatian karena fluktuasi harganya, kini bisa dipetik langsung dari halaman rumah.

P2L juga memberikan dampak signifikan dalam penurunan angka stunting. Di Nusa Tenggara Timur, misalnya, ketersediaan pangan segar dari P2L berhasil membantu mengatasi malnutrisi.

Pelatihan dan Pengembangan P2L

Pemerintah daerah secara rutin mengadakan pelatihan untuk mendukung keberhasilan P2L. Salah satu contoh adalah kegiatan yang diinisiasi oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu, Jawa Timur. Bekerja sama dengan Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan, pelatihan ini diadakan di Kelompok Wanita Tani Mukti Asih Sejahtera dan Sejahtera pada November 2024.

Keberhasilan P2L juga melibatkan kawasan urban seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung yang mulai mengadopsi konsep ini melalui urban farming.

Target 2025: P2L Terpadu

Pada 2025, pemerintah menargetkan penambahan 15 ribu kelompok tani baru dan pengembangan model P2L terpadu. Tidak hanya tanaman pangan, model ini akan mencakup peternakan kecil seperti unggas dan ikan untuk menciptakan sistem pangan berkelanjutan.

Pendekatan ini didukung oleh kemitraan dengan sektor swasta, yang diharapkan dapat memberikan kontribusi lebih besar melalui pendanaan dan inovasi teknologi.

Pekarangan sebagai Solusi Ketahanan Pangan

Menurut Menteri Pertanian Amran Sulaiman, kunci ketahanan pangan terletak pada rumah tangga. “Pekarangan adalah aset besar yang sering terabaikan. Dengan sedikit usaha, pekarangan bisa menjadi sumber pangan yang luar biasa,” ujarnya dalam acara Gerakan Nasional Pangan Merah Putih di Jakarta, Rabu (6/11/2024).

Program P2L membuktikan bahwa solusi atas tantangan pangan tidak selalu membutuhkan langkah besar. Dengan memanfaatkan pekarangan rumah, masyarakat tidak hanya membantu mengurangi ketergantungan pada pasar, tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih hijau dan sehat.

Menuju Indonesia Tangguh Pangan

Melalui P2L, pemerintah dan masyarakat bersama-sama mewujudkan mimpi swasembada pangan. Dari pekarangan kecil hingga skala komunitas, langkah kecil ini terus bergulir menciptakan dampak besar bagi ketahanan pangan nasional.

Dari pekarangan hijau yang produktif, Indonesia bergerak menjadi bangsa yang mandiri dan tangguh pangan, menghadapi tantangan global dengan solusi sederhana namun bermakna.