WARTAMU.ID, Suara Pembaca – Dasar dari keislaman seseorang salah satunya adalah menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Puasa (Syiam) diartikan menahan diri dari makan, minum dan hal-hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat karena Allah SWT. Puasa yang menahan diri di sini di awali dengan makan dan minum (sahur) yang telah ditentukan waktu dan batasnya. Sedang Ramadhan dimaknakan membakar atau panas. Menurut Imam Al-Qurtubi di artikan membakar karena dosa-dosa di gugurkan dengan berbagai amal saleh yang telah disediakan selama menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Sehingga dapatlah disimpulkan bahwa ibadah puasa Ramadhan adalah ibadah yang telah ditentukan waktunya, syarat serta rukunnya. Maka ibadah yang dikerjakan selama bulan Ramadhan terkhusus puasa adalah upaya dalam menata ulang dan memperbaiki diri manusia baik secara fisik (jasmani), rohani (spiritual) dan perilaku (akhlak). Sehingga secara sadar puasa Ramadhan menjadi momentum seorang muslim untuk memperbaiki diri dan peradaban manusia secara utuh.
Peradaban dalam bahasa arab disebut Al Hadharah. Peradaban diartikan sebagai kemajuan dalam kehidupan tetap manusia. Jika melihat literatur yang ada maka peradaban itu adalah keterkaitan antara manusia dengan sistem politik, ekonomi, sosial, pemikiran dan kesenian. Namun disisi lain bahwa peradaban itu dikaitkan dengan kesopanan baik itu dalam bicara, menulis terlebih perilaku. Jika menelaah lebih dalam dan berkelanjutan, puasa Ramadhan dengan peradaban manusia tidak ada jeda. Artinya puasa Ramadhan merupakan suatu ibadah yang dijalankan secara individu namun dampaknya akan meluas dalam memajukan manusia terutama seorang muslim.
Peradaban dalam hal ini diartikan sebagai kemajuan yang ditampilkan dalam bulan puasa Ramadhan sangat bervariatif jalannya. Pertama, Bulan Ramadhan menjadi penguat jalan dakwah. Peradaban yang disimbolkan kemajuan dalam bidang ekonomi misalnya, menjadi momentum pertumbuhan ekonomi kecil banyak pedagang dadakan untuk menjual makanan buka dan puasa dan juga sahur. Safari Ramadhan yang sering dijadikan sarana oleh pelaku politik bersilahturahmi kepada masyarakat dan acara buka puasa dan Shalat tarawih bersama. Pada keadaan inilah dakwah Islam diberikan keluasan dalam memberikan
Jalan peradaban kedua yaitu puasa memberikan pelajaran tentang kebebasan. Faktor utama dari peradaban itu adalah terjadinya kebebasan manusia dalam bertindak dengan tetap pada tanggung jawab. Ibadah puasa Ramadhan tidak pernah memaksakan, namun ia berhukum wajib. Tidak ada juga makanan khusus dalam berbuka dan sahur, namun ada hal-hal yang dikabarkan kebaikan-kebaikan. Begitulah kebebasan yang diberikan oleh ibadah puasa Ramadhan untuk mewujudkan peradaban manusia.
Jalan ketiga, puasa memberikan kabar tentang pencerahan. Peradaban tentunya akan memberikan jalan kehidupan yang terang dan jelas. Begitu juga dengan ibadah puasa pada bulan Ramadhan modalnya adalah iman, mencontoh nabi dan para sahabat dan hasilnya puasa adalah ketaatan. Begitu pun nilai pencerahan baik itu input, proses dan output puasa Ramadhan yang berkaitan dengan kesehatan misalnya baik itu fisik, rohani dan sosial jelas dan terukur. Puasa Ramadhan peradaban (kemajuan) itu akan bisa ditegakkan jika kesehatan seorang manusia terjamin baik itu iman, ilmu dan amal.
Jalan keempat, Puasa menghidupkan jalan kebaikan. Hakekat dari peradaban adalah adanya kebaikan-kebaikan baru, maka tidak ada peradaban jika tidak menghasilkan kebaikan kehidupan manusia. Puasa Ramadhan sudah dapat dipastikan memberikan jalan kebaikan untuk manusia baik untuk dirinya maupun kebaikan secara sosial. Bau mulut, tidur dan terkantuknya muslim yang berpuasa akan diberikan gancaran oleh-Nya. Makanan berlimpah ruah di setiap masjid dan surau yang disediakan tanpa dipaksa. Kebaikan selanjutnya suara lantunan ayat-ayat Al Quran (tadarus) terus berkumandang di mana Al Quran bagi seorang menjadi kunci dan landasan pokok dari peradaban manusia.
Ibadah puasa Ramadhan, menjadi ibadah yang langsung di nilai oleh Allah SWT, sehingga harus dipersiapkan dengan baik dan maksimal karena iman dan mengharap pahala dari Allah SWT. Adapun untuk persiapan itu adalah Persiapan rohaniah/keimanan, persiapan jasadiyah/fisik, Persiapan tsaqafiyah/fikriyah (Keilmuan), dan persiapan maliyah/harta. Maka bagi orang beriman puasa adalah tempat dan waktu yang tidak akan ditinggalkan begitu saja karena di dalamnya terdapat banyak hikmah-hikmah yang dapat memajukan diri sebagai orang yang beriman (sebagai hamba) dan diri sebagai khalifah di muka bumi ini.
Oleh : Dr. Hasbullah, M.Pd.I
Dosen Universitas Muhammadiyah Pringsewu, Instruktur MPK PWM Lampung
Artikel ini merupakan kiriman pembaca wartamu.id. (Terimakasih – Redaksi)