RAGAM  

Beyond Ramadhan

WARTAMU.ID Suara Pembaca – Gema kehadiran bulan mulia, bulan penuh ampunan, bulan kasing sayang dan masih banyak lagi sebutan untuk menyambut bulan ini, Ia bernama ramadhan. Bulan Ramadhan mengutip pendapat Ustadz Ahmad Zarkasih, Ramadan berasal dari kata Romadh (رمض) yang artinya panas menyengat atau membakar. Dinamakan seperti itu karena memang matahari pada bulan tersebut lebih menyengat dibanding bulan-bulan lain. Selain itu, bulan ramadhan juga merupakan yang dinantikan oleh umat islam di seluruh penjuru dunia, karena terkandung makna yang mendalam sebagaimana yang disampikan Abū Hurairah [diriwayatkan bahwa] ia berkata: Rasulullah saw telah bersabda: Barang siapa berpuasa pada bulan Ramadan dengan dengan penuh kesadaran iman dan pengharapan (terhadap Allah) akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu [HR al-Bukhārī dan Muslim].

Ramadhan tahun ini sedikit berbeda dan istimewa, dimana sebelumnya aktifitas peribadatn (tarawih, tadarus, I’tikaf, ta’jilan, dll) dilaakkan di rumah masing-masing karna factor penyebaran pandemic covid -19. Tahun ini umat islam dapat menjalankan aktifitas ibadah kembali bersama-sama berjamaah dimasijid-masijd, musholla. Disamping itu, gegap gempita para pedagang musiman pun akan berjibaku mengais rizki dengan berjualan takjid untuk berbuka puasa. Fenomena ini menarik dan hanya terjadi pada saaat memasuki bulan suci ramadhan yang membawa keberkaahan dan rizki daari hasil berjualan menu berbuka puasa.

Di Bulan Ramadhan, Muslim diwajibkan puasa selama sebulan penuh. Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah, penuh ampunan Allah SWT dan rahmat-Nya. Bulan Ramadan adalah anugerah dan nikmat yang agung yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada umat Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya terdapat keutamaan-keutamaan dan hikmah khusus yang diberikan Allah kepada hambanya yang ikhlas dan tulus menjalankan ibadah puasa, serta ibadah-ibadah lainnya. Sebagiamana dijelaskan dalam sebuah hadis, “Puasa dan Al Qur’an akan memberikan syafa’at kepada hamba pada hari kiamat. Puasa berkata, ’Ya Rabb, aku telah mencegahnya dari makanan dan syahwatnya di waktu siang maka beri aku syafa’at untuknya’. Al Qur’an berkata, ’Ya Rabb, aku telah mencegahnya tidur di waktu malam, beri aku syafa’at untuknya’.” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Shahih Targhib no.984)

Hadis lain juga menerangkan bahwa “Semua amal anak Adam dilipatgandakan; satu kebaikan ditulis sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ’Kecuali puasa karena ia untuk-Ku, dan Aku akan membalasnya; ia meninggalakan syahwat dan makanannya karena-Ku’. Orang yang berpuasa mendapatkan dua kegembiraan, yaitu kegembiraan ketika berbuka puasa, dan kegembiraan ketika bertemu dengan Rabb-nya. Bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah Ta’ala dari minyak kesturi.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dan ini adalah lafazh Muslim)

Namun demikian ada hal yang perlu dijaga selama pelaksanaan ibadah di bulan ramadhan, jangan sampai terjebak pada hal yang membuat nilai ibadah puasa sia-sia tanpa makna dan pahala, berapa banyak orang yang berpuasa, tetapi ia tidak mendapatkan apa-apa kecuali haus dan lapar, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Berapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja.” (HR. Ibnu Majah no.1690 dan Syaikh Albani berkata, ”Hasan Shahih.”)

Hal tersebut terjadi karena ia tidak berpuasa dari apa yang Allah Ta’ala haramkan, ia seakan menganggap bahwa puasa itu hanya menahan diri dari pembatal-pembatal puasa saja. Di dalam hadits disebutkalnya, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan selalu mengamalkannya, maka Allah Ta’ala tidak butuh kepada puasanya.” (HR. Al-Bukhari no.1804)

Selain itu, hakikat puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu yang tidak bermanfaat untuk kehidupan akhirat kita. Hal tersebut sebagaimana disebutkan dalam hadits:“Bukanlah puasa itu sebatas menahan diri dari makanan dan minuman, tetapi puasa adalah menjauhi perkara yang sia-sia dan kata-kata kotor.” (HR. Ibnu Khuzaimah no.1996 dan tahqiq Syaikh Al-A’zami berkata, ”Shahih”)

Di bulan ramadhan tahun ini mari kita jadikan momentum. Pertama, Momentum untuk memperkuat keimanan dan pembersihan jiwa, penghapus dosa dosa masa lalu. Haids nabi mengungkapkan “Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760)

Kedua, Momentum meningkatkan kemampuan mengendalikan hawa nafsu. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sudah mengingatkan bahwa mengikuti hawa nafsu akan membawa kehancuran. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Tiga perkara yang membinasakan dan tiga perkara yang menyelamatkan. Adapun tiga perkara yang membinasakan adalah: kebakhilan dan kerakusan yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan seseorang yang membanggakan diri sendiri. Sedangkan tiga perkara yang menyelamatkan adalah takut kepada Allâh di waktu sendirian dan dilihat orang banyak, sederhana di waktu kekurangan dan kecukupan, dan (berkata/berbuat) adil di waktu marah dan ridha. (Hadits ini diriwayatkan dari Sahabat Anas, Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Abdullah bin Abi Aufa, dan Ibnu Umar Radhiyallahu anhum. Hadits ini dinilai sebagai hadits hasan oleh syaikh al-Albani di dalam Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahihah, No. 1802
Ketiga, Momentum meningkatkan Ketaqwaan, sebagaimana alquran dengan tegs bahwa gool untuk ibadah puasa mencetak insan bertaqwa “Kepada orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan (juga) kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa “Al Baqarah Ayat 183.

Penulis : Herimirhan, S.Ag M.Pd
Guru PAI SMP Lazuardi Haura Global Compassionate
Ketua MGMPKota Bandar Lampung

Selamat berpuasa