Oleh As’ad Bukhari, S.Sos., MA.
(Analis Kajian Islam Pembangunan dan kebijakan Publik)
WARTAMU.ID – Sempat membuat publik kaget dengan banyaknya bermunculan generasi milenial yang hadir di ruang publik dan sangat viral dengan menggunakan media sosial yang sangat praktis serta dinamis. Namun diantara generasi muda milenial ini justru kebanyakan minim ide, gagasan, ideologi, wacana, pemikiran dan sebagainya. Justru yang terjadi adalah sarana dan media publikasi sebagai bentuk personal branding dengan bentuk viralisasi agar mendapatkan popularitas sehingga dapat memberikan pengikut, pendukung, dan pencinta. Semua tentunya ada di berbagai aspek kehidupan yang lebih umum masuk dalam dunia hiburan entertaintment digital atau sosmedtainment. Selebihnya lagi yang lebih populer dalam dunia politik pada generasi muda milenial.
Kehadiran generasi muda milenial ini memiliki macam karakter, ada yang memilih dengan meneladani para tokoh nasional baik para pendahulu maupun yang masih pada saat ini sehingga segala pemikiran diadopsi atau digunakan sebagai bentuk rujukan. Ada juga yang justru menampilkan diri sendiri dengan segala kemampuan yang dimiliki dari pengalaman yanh telah ada, kemampuan sosial media, gelar akademis dan jaringan para aktor sehingga berusaha tampil dengan karakter anti mainstream. Ada yang agresif untuk mengomentari dan bersuara serta mengkritsi para seniornya dengan tipologi masing-masing. Adapula yang suportif mendukung seniornya dengan memberikan pembelaan serta dukungan kuat secara moril untuk membentenginya. Ada yang memposisikan diri sebagai pengamat yang hadir di generasi muda milenial untuk melihat realitas agar mampu megkritisi pihak yang selalu bersebrangan. Dan yang terakhir ialah yang apatis terhadap segala isu, dinamika, problematika, persoalan apapun termasuk masalah politik dan kebangsaan.
Lantas masih kah ditemukan para generasi muda milenial yang progesif, artinya menyadari akan dirinya serta bangsanya demi cita yang berkemajuan dan memajukan negerinya dengan semangat muda. Generasi yang peduli akan kemajuan bangsa tanpa harus mencamploki konsep di luar, melainkan dikontekstualisasikan sesuai dengan sosial, budaya, antropologi, demografi dan etnografi masyarakat Indonesia. Sebab sudah terlalu banyak generasi muda milenial yang justru lebih bangga mencanangkan konsep-konsep kebaratan baik eropa, amerika, australia, tdan timur tengah sesuai dengan pengalaman dan pendidikan masing-masing. Padahal Indonesia punya potensi tersendiri yang sangat berbeda dan berkarakter serat memiliki ciri khas yang mesti dikontruksi dengan baik. Inilah yang semestinya dicari dan diinginkan dalam membangun Indonesia yang berkemajuan dan mendunia bahkan berusaha menginternasionalisasikan Indonesia lebih luas secara kosmopolitan.
Generasi muda milenial yang diharapkan tentunya yang berkarakter, beradab, berbudaya, bergama dan berkemajuan. Sehingga kehadiran bahkan eksistensinya menjadi generasi yang memiliki integritas, religius, progresif, intelektualis, dan agamis. Sehingga tidak hanya disibukkan untuk sukses mem-branding atau mengenalkan diri dengan cara viral yang sangat instan dan sangat tidak esensi sekali. Akan tetapi hadir dan muncul karena memang tanggung jawab yang tinggi dan kepedulian yang otentik atas bangsanya sendiri sehingga tidak apatis, cuek, dan pesimis atau takut serta malu dengan bangsa sendiri. Padahal generasi muda milenial dapat maju serta bergerak dengan sigap, cepat, nekad berani namun kadang jauh dari etika dan moralitas serta budi pekerti baik di era milenial pula.
Generasi muda yang progresif memang semakin cerdas, berprestasi, kreatif, inovatif, dan berkemampuan tinggi di era digitalisasi ini. Akan tetapi juga semakin jauh dari genrerasi yang berkarakter sehingga tidak lagi memiliki harkat, martabat, marwah maupun harga diri yang juga representasi dari bangsa Indonesia selaku anak bangsa yang mencerminkan potret keadaan generasi mudanya saat ini. Maka sangat penting untuk terus memberikan dukungan sekaligus pengawasan bahkan petuah lagi nasehat serta contoh teladan mesti ditampakkan agar dapat diteladani. Di tangan generasi muda milenial inilah nantinya Indonesia apakah masih ditangan mereka atau justru sudah berpindah tangan kepada yang lain, semua tergantung bagaimana saat ini menyiapkan investasi sumber daya manusia potensial untuk ke depan yang akan membawa angin segar bangsa Indonesia. Progresivitas generasi muda milenial tidak bisa disepelekan sebab bisa memberikan dampak positif pada bangsa dan juga dapat memberikan dampak negatif pula, karena kemaslahatan masyarakat jauh lebih baik daripada kemudhorotan dan itu semua sangat dekat dengan geberasi muda yang memang fasenya berkarya, berkarir dan berekreasi. Masa depan Indonesia yang cemerlang selalu ada dan tentunya jatuh ditangan generasi muda milenial yang mencintai Indonesia dengan sepenuh hati dan jiwa raganya.