Hendrajit: Resepnya Salah Bikin Rupiah Nyungsep, Kepala RS yang Dikecam, Dokternya Aman Saja

Ilustrasi Uang Dolar

WARTAMU.ID, Humaniora – Kalau dulu Sri Mulyani ada di barisan pengeritik pak Harto saat Krismon 1997-1998 yang kemudian dolar tembus rp 16.000, sekarang saat dolar tembus rp 16.500, alumnus FEUI dan penganut mahzab ekonomi Neoliberalisme ini jadi menteri keuangan dan pintu masuk Bank Dunia dan IMF di Indonesia.

Lantas apa bedanya Sri Mul dulu dan sekarang? Inilah daerah jantung berita yang sengaja atau tidak diabaikan media lewat deep news dan investigasinya.

Bahwa konsensus Washington yang membiarkan praktek pasar bebas, swastanisasi BUMN, liberalisasi keuangan dan perbankan untuk melayani korporasi bisnis, pencabutan subsidi anggaran untuk rakyat miskin, dan menyingkirkan peran negara sebagai fungsi sosial, ternyata kesejahteraan sosial dan kemakmuran bangsa tidak meningkat. Malah makin dimiskinkan.

Meroketnya dolar dan menurunnya rupiah seakan cuma simptom gejala permukaan penyakit flu. Bukan. Ini Batuk batuk yang menutupi penyakit yang lebih serius, kanker paru paru.

Jadi yang harus diadili adalah sang dokter dan malpraktek apa gerangan sehingga ngasih resep mematikan alih alih penyembuhan. Baru setelah itu kepala rumah sakitnya.

Yang sekarang dilakukan cuma menyoal direktur rumah sakitnya ketika penyakit pasien kian parah. Namun anehnya, sang dokter dan malprakreknya aman aman saja. Malah seakan akan hero atau korban.

Oleh : Hendrajit
Analis The Global RevieReview
Pendiri dan Penggagas Global Future Institute (GFI)