Kenali Anak Agar Proses Belajar Mengajar Dapat Berjalan Secara Efektif

Lambat belajar (slow learner) merupakan sebuah bentuk dari kelainan di mana khususnya para siswa memiliki kebutuhan khusus atas kesempatan pembelajaran yang sama terutama di era, yang semakin modern ini.

WARTAMU.ID, Selasa, 16 Juli 2024, Mahasiswa KKN 27 UTM adakan bimbingan belajar untuk anak yang memiliki keterlambatan belajar di SDN Cenlecen 1, desa Cenlecen, Kec. Pakong, Pamekasan, Jawa Timur. Bimbingan ini dilakukan setelah mahasiswa KKN 27 UTM melakukan asesmen kepada siswa-siswi dan guru yang ada di SDN Cenlecen 2. Asesmen dilakukan untuk melihat bagaimana pola interaksi dan belajar siswa yang ada di lingkungan sekolah. Bagaimana metode pembelajaran diberikan guru terhadap siswa-siswinya apakah mampu diterima dengan baik oleh seluruh anak didik.

Berawal dari keresahan kepala sekolah yang disampaikan kepada tim mahasiswa KKN 27 UTM dimana Kepala sekolah menyampaikan bahwasanya beliau mendapatkan keluhan dari guru mengenai kondisi siswa-siswinya yang terdapat beberapa anak yang mengalami keterlambatan belajar. SDN Cenlecen 1 sendiri juga tidak terfasilitasi dengan program Bimbingan Konseling (BK) atau guru yang berlata rbelakang psikologi sehingga belum bisa melakukan penanganan secara terpadu terhadap kendala-kendala pembelajaran yang terjadi. Kepala sekolah menawarkan kepada tim KKN 27 UTM terutama pada mahasiswa program studi psikologi untuk membuat sebuah kegiatan yang dapat menjawab keluhan dari apa yang disampaikannya.

Lambat belajar (slow learner) merupakan sebuah bentuk dari kelainan di mana khususnya para siswa memiliki kebutuhan khusus atas kesempatan pembelajaran yang sama terutama di era, yang semakin modern ini. Adanya anak berkebutuhan khusus di sekolah reguler seperti SDN Cenlecen 1 atau dalam setting pendidikan inklusif berarti memberikan hak dan kesempatan yang sama bagi siswa berkebutuhan khusus untuk bersekolah di sekolah umum mulai dari jenjang pendidikan anak usia dini, sekolah dasar hingga ke perguruan tinggi.

SDN Cenlecen 1 dimana sekolah yang notabene merupakan sekolah reguler yang dapat menjadi tempat belajar untuk semua kalangan. Pembelajaran yang dilakukan tidak hanya diperuntukkan siswa reguler, anak yang memiliki kebutuhan khusus juga berhak untuk mendapatkan pendidikan dan kegiatan pembelajaran yang layak, karena hampir setiap sekolah di Indonesia terdapat siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus.

Menurut Palupi dan Darmahusni (2017:79) anak yang lambat belajar memiliki ciri-ciri yakni anak lebih cenderung pasif dalam proses belajar, memiliki keterbatasan untuk berfikir secara abstrak, kesulitan dalam berkonsentrasi, tidak percaya diri dan sulitnya berkonsentrasi. Menurut Cahya (2013:21) anak yang lambat belajar membutuhkan metode pembelajaran khusus seperti waktu yang dibutuhkan lebih lama daripada anak normal yang lain, ketelatenan guru dan kesabaran guru menjelasan materi waktu dikelas, lebih fokus pada latihan dan praktek daripada menghafal, penggunaan media pembelajaran yang sesuai dan variatif membuat siswa dapat menaik siswa dan tidak membuat siswa bosan.

Kesulitan Membaca adalah masalah pokok dan pelik yang dialami oleh Siswa-siswi di SDN Cenlecen 1. Siswa siswi tersebut terdiri dari kelas 2 dan 3 sebanyak 6 anak mengalami kesulitan membaca dan perkembangan capaian belajar tertinggal jauh debgan teman di kelasnya, tutur Djoni selaku Kepala SDN Cenlecen 1. Adapun beberapa metode pendekatan yang dilakukan oleh mahasiswa KKN 27 UTM yaitu Pendekatan Multisensori yang merupakan metode efektif yang melibatkan penggunaan berbagai indera dalam proses belajar. Metode ini mengintegrasikan visual, auditori, dan kinestetik untuk membantu siswa memahami dan memproses informasi. Contohnya adalah Program Orton-Gillingham, yang mengajarkan hubungan antara huruf dan suara melalui latihan yang melibatkan berbagai indera. Lalu, Penggunaan Teknologi, metode ini dapat menjadi alat yang sangat berguna dalam mengatasi kesulitan membaca. Aplikasi perangkat lunak yang dirancang khusus untuk disleksia dapat menyediakan latihan membaca yang disesuaikan dengan kebutuhan individu. Text-to-speech dan speech-to-text software juga dapat membantu siswa dengan disleksia mengakses teks dan mengekspresikan ide-ide mereka secara lebih efektif.

Selanjutnya Pendekatan Individual. Pengajaran yang dipersonalisasi adalah pendekatan lain yang penting. Menyesuaikan metode pengajaran dengan kebutuhan dan kekuatan individu dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran. Strategi ini melibatkan penilaian mendalam terhadap kebutuhan setiap siswa dan penyesuaian materi ajar serta teknik pengajaran sesuai dengan hasil penilaian tersebut.

Pemberian metode pendekatan di atas dapat memberikan efek positif serta stimulus untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang mengalami keterlambatan belajar, seperti kesulitan membaca di SDN Cenlecen 1, karena pendekatan tersebut dirancang untuk mengatasi kekurangan spesifik dalam keterampilan membaca yang mereka hadapi. Dengan menerapkan metode yang bersifat individual dan adaptif, yang mengakomodasi kebutuhan dan kecepatan belajar masing-masing siswa, diharapkan proses pembelajaran dapat menjadi lebih efektif dan menyenangkan. Hal ini dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar serta memperkuat kemampuan mereka dalam membaca secara bertahap.

Namun, penting untuk terus memantau dan mengevaluasi hasil dari metode yang diterapkan, guna memastikan bahwa pendekatan tersebut benar-benar sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan belajar masing-masing ABK, serta melakukan penyesuaian yang diperlukan untuk mengoptimalkan hasil pembelajaran dan perkembangan mereka.