WARTAMU.ID, Humaniora – Sebagai organisasi Islam yang populer dengan memiliki infrastruktur usaha yang kuat, mestinya dapat membuat terobosan baru yang lebih besar lagi sebagai bentuk kejayaan. Hal besar tentu dimulai dari hal kecil yang dijalani secara konsisten berkelanjutan, disamping itu juga memiliki komitmen yang tinggi untuk terus membesarkan organisasi bernama Muhammadiyah ini. Bukan berarti Muhammadiyah tidak memiliki kekurangan, akan tetapi terus berupaya keras mengejar ketertinggalan menuju kemajuan yang berkemanfaatan. Setiap agenda organisasi yang dilakukan oleh Muhammadiyah dari pusat, wilayah, daerah, cabang dan ranting merupakan satu kesatuan bagaikan bola salju yang menggelinding ke bawah dengan bentuk semakin besar. Hanya saja di beberapa tempat memang masih ada kesulitan jalan yang berliku-liku.
Hidup di tengah lingkungan yang maju, modern dan terbuka itu memang lebih nikmat. Akan tetapi hidup di tengah lingkungan yang mudah sentimen, diskriminasi, sensitif dan arogan membuat mental dapat jatuh bila tak mampu menjalaninya dengan kekuatan iman serta hati. Berbeda dengan yang memiliki mental kuat bagai besi dan baja, apapun situasi nya tetap kokoh bertahan meskipun menyakitkan. Harus dipahami bahwa, bermuhammadiyah tidak semudah yang dibayangkan juga tak sesulit yang dikira tergantung pada situasi maupun kondisinya masing-masing. Satu hal yang pasti membangun amal usaha Muhammadiyah itu sebuah panggilan dakwah yang dikerjakan secara terukur, terencana dan tersistematis.
Mental inferior bermuhammadiyah sering kali terjadi dalam kondisi ketika tidak dianggap sebagai suatu entitas, selalu ada upaya untuk tidak melibatkan, menekan agar menjauh, adanya sosok yang lebih kharismatik di suatu lingkungan, keberpihakan politik kepentingan yang begitulah mendominasi, ketegangan dalam pemahaman keagamaan, perbedaan sikap putusan organisasi, gejolak sosial masyarakat yang terpengaruh pada doktrinal, kecemburuan sosial yang begitu tinggi, kekecewaan terhadap individu yang menjadi dendam, ketidakmampuan mencerna informasi palsu, merasa tersaingi dalam amal usaha, kebencian akibat provokasi, keributan yang sifatnya emosional dan lain sebagainya. Ketika mental inferior terjadi dan merasa semakin tertekan, maka disaat itu pula organisasi Muhammadiyah di tempat tertentu bagaikan hidup segan mati tak mau dan belum mati tapi bagai koma kaku. Jiwa lemah merasa kecil, rendah, cupu, lugu, polos, dan ingusan akan muncul sebagai penyakit inferior bila lingkungan itu pun termakan dogma maupun steorotip negatif yang tak berdasar. Tapi disitulah tantangan yang besar untuk bisa melakukan dakwah islam berkemajuan.
Belum lagi bila jiwa inferior terjadi yang berkaitan dengan politik kekuasaan, berkaitan dengan tokoh internasional, berkaitan dengan eksistensi organisasi yang termarjinalkan membuat kehidupan bermuhammadiyah semakin tepuruk tajak, sehingga hilangnya kader regenerasi kepemimpinan. Jikalau pun masih ada tinggal sebatas formalitas dan juga laporan tertulis yang tak lagi bekerja nyata. Apabila masih juga belum mampu bangkit agar menjadi jiwa yang kuat bermental superior, maka perlu adanya siraman spritual keMuhammadiyahan lagi yang dapat dicari ke muara yang lebih populer besat. Hal itu untuk membangkitkan jiwa petarung, jiwa penggerak, jiwa pekerja dan jiwa pemberi yang mampu membesarkan Muhammadiyah meski secara perlahan-lahan. Itu jauh lebih baik daripada memaksa dan tergesa-gesa, namun nantinya kembali mati suri ketika semangat mulai habis serta kendor layaknya kehausan air minum yang susah didapatkan.
Jangan lagi ada mental Inferior bermuhammadiyah denagan alasan kondisi apapun, sebab bila mentalnya lemah dan nyalinya kecil dapat membuat kemunduran ketika beroganisasi. Pastikan agar tetap berada di jalan yang lurus mengharap ridha dan pertolongan Allah semata, agar diberikan jalan kemudahan serta kekuatan hati menjalani kehidupan yang begitu sulit. Jauhi mental inferior bermuhammadiyah dalam hal apapun, bila perlu tetap jaga nama Muhammadiyah lebih tinggi walaupun secara personal dijatuhkan sejatuh-jatuhnya. Sebab Allah pasti menolong hamba-Nya yang ikhlas, sabar dan bertakwa dalam kondisi lemah tapi tetap sabat. Bila masih memiliki jiwa inferior, segera bangkit kan jiwa superior atau jiwa fighting jiwa perubahan ke arah yang lebih baik. Dengan demikian meninggalkan jiwa-jiwa yang lemah akibat dari ketakutan yang berlebihan dan juga kesedihan yang tiada akhir. Tetap istiqomah bermuhammadiyah dan jauhi mental inferior bermuhammadiyah, karena karakter muhammadiyah itu terus bergerak, bertindak, berdampak dan berkemaslahatan untuk semuanya.
Oleh : As’ad Bukhari, S.Sos., MA
(Analis Intelektual Muhammadiyah Islam Berkemajuan)