WARTAMU.ID, Suara Pembaca – Tahun 2024 masih terbilang masih jauh untuk jika dihitung jumlah harinya. Jika di pandang dalam dunia kampus terhitung masih ada empat semester, dengan segala bentuk narasi dan distingksi intelektual dosen dan mahasisnya. Bagi yang menikmati dunia kampus, karena tercukupi biaya atau disibukkan dengan antrian kegiatan kampus tentu dua tahun adalah waktu yang singkat. Justru kadang yang terlupa adalah untuk memikirkan mereka yang tak memiliki ritual intelektual di kampus. Karena kesulitan biaya, mereka harus disibukkan dengan perjuangan untuk mencukupi biaya hidup dan biaya kampus.
Seketsa ini sudah terjadi, semua riuh dan runyam membicarakan serta memprediksi kepemimpinan negara tahun 2024. Padahal banyak persoalan yang harus segera diselesaikan. Di sisi lain harus juga menyadari bahwa kebijakam dan apa yang dikerjakan juga timbul persoalan. Di ruanh lain masig banyak pemimpin yang tak menerima kritik dari kaum-kaum pemikir dan intelektual muda, ini juga persoalan mendasar mental pemimpin bangsa ini. Lari dari dialog, menyalahkan pihak lain yang ada sibuk dengan pencitraan. Potret ini adalag gambaran kepastian bahwa pemimpin ini arogan dan akan lepas tanggung jawab jika ada keburukan dari kebijakan yang telah dikeluarkan.
Kesejahteraan rakyat itu bukan terletak pada cerita dan harapan palsu. Sejahtera itu ada tenangnya manusia dari segala persolan termasuk di dalamnya persolan nurani. Liat hari ini, banyak nurani yang menjerit dan berusaha untuk menyampaikan namun dibungkam dengan arogansi intimidasi melalui alat pengaman negara. Hal ini, persoalan yang sangat luar biasa dari pada sibuk pencitraan untuk tahun 2024. Baleho yang di pasang seantero negeri, adalah pertunjukan ketidak percayaan diri dan memahami bahwa dirinya tidak terkenal sebagai calon pemimpin. Slogan tertulis jelas yang sudah dipastikan tidak akan ditepati.
Belum lagi persolan ulama dan segala bentuk perbuatan atas mereka. Menjadi sorotan dan terlihat jelas bahwa negara terkesan membiarkan atas alat nama hukum. Padahal ulama adalah sosok yang dapat mempersatukan rakyat serta memberikan kesejahteraan secara batiniah. Jika menilik romantisme sejarah, bangsa ini terlahir, merdeka dan menjadi besar salah satunya karena peran ulama yang begitu besar.
Ruang kepemimpinan baru itu, seharunya disiapkan dengan baik. Jangan sampai kekuasan hari ini menuntup ruang keunggulan atas potensi kepemimpinam. Menimbulkan adanya intimidasi sejak dini sehingga sehingga ruang ekspresi tidak memiliki pintu karena sudah ditutup rapat oleh ologarki kepentingan dan politik kekuasaan yang buta.
Bercerminlah, kebaikan bangsa ini bukan terletak pada lamanya kelompok atau individu itu berkuasa. Namun kebaikan itu terletak pada meninggikan nilai-nilai ketuhanan. Menghadirkan keutamaan dalam kemanusiaan sehingga terwujud keadilan dalam kebijakan dan keadaban dalam prilaku. Menguatan bahwa kita ada dan merdeka karena persatuan bukan perpecahan. Kekuasaan itu membela rakyat dengan segala bentuk kebijakan yang berpihak padanya atas dasar kesepakatan bersama. Terakhir, bahwa bangsa ini tidak pernah membeda-beda atas nama keadilan sosial, karena bangsa ini lahirkan dari rahim perbedaan agama, suku, ras dan kebudayaan.
Walaupun, di sisi lain diucapkan terima kasih dengan penguasa yang ingin melanggekan kekuasaannya. Setidaknya telah memberi tahu siapa saja calon pemimpin masa depan bangsa Indonesia kedepan. Lembaga survei telah memunculkan nama-nama yang dipandang cakap dan pantas memimpin bangsa ini. Indonesia Political Opinion (IPO) merilis survei elektabilitas simulasi calon presiden 2024, dalam detiknews. Menyampaikan ada sejumlah faktor persepsi yang mempengaruhi pilihan para responden. Adapun faktor tersebut adalah prestasi, wibawa, kejujuran, ketegasan, religius, dan lainnya. Dimana, prestasi menjadi faktor tertinggi yang mempengaruhi pilihan responden.
Di mana survei itu digelar pada tanggal 29 November hingga 2 Desember 2021 terhadap 1.200 responden. Adapun Metode survei menggunakan multistage random sampling (RMS) dengan sampling error 2,50 persen dan tingkat akurasi data 95 persen. Dari survei ini memperlihatkan bahwa, rakyat Indonesia membutuhkan dan merindukan pemimpin yang memberikan karya nyata bukan karya kata penuh dusta. Pemimpin yang tegas, memiliki ketahanan intelektual tinggi dan jalan kebijakan berdasarkan data dengan pendekatan ilmu pengetahuan.
Akhirnya, adalah tugas kita sebagai rakyat untuk menguji, meneliti dan memahami prestasi dan jejak rekam pemimpin masa depan negeri ini. Jangan sampai bangsa ini dipimpin oleh mereka yang tak mau di ganti, sukanya mengintimidasi dan suka-suka dalam beragumentasi. Jangan sampai negara ini dipimpin oleh pemimpin yang berpotensi menggadaikan kedaulatan negeri ini. Di mana, negeri ini adalah negeri gemah ripah loh jinawi ayem tentrem toto raharjo. Di mana, negeri dahulu melahirkan pemimpin yang memiliki karakter ingngarso sungtulodo, ingmadyo mangun karso, tut wuri handayani.
Oleh : Hasbullah
Dosen Universitas Muhammadiyah Pringsewu & Mahasiswa Program Doktor UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu
Artikel ini merupakan kiriman pembaca wartamu.id. (Terimakasih – Redaksi)