Sesama Penikmat Telaga Muhammadiyah Tidak Perlu Saling Fitnah

Ilustrasi Dok Foto Istimewa

WARTAMU.ID, Humaniora – Kehidupan dalam Muhammadiyah tak lepas dari suka duka dan pasang surut dalam berdakwah, termasuk ketika menghadapi suatu masalah. Ketika seseorang berorganisasi, tentu akan banyak belajar untuk menerima perbedaan pendapat bahkan bila pendapat tidak diterima sekalipun. Namun juga tidak hanya itu, bagi yang lain ketika berorganisasi bilamana ide gagasan lebih banyak diterima sebagai keputusan bersama tidak lantas menjadi egois dan arogan berorganisasi. Semua saling saling mengisi karena masih satu tujuan dalam identitas keorganisasian. Di Muhammadiyah pun pasti akan dirasakan yang namanya kontestasi, kompetisi, diskusi, perdebatan dan juga perbedaan dalam menentukan prinsip yang membuat terkadang sedikit menjadi renggang. Akan tetapi hal itu seiring berjalannya waktu dan kebijaksanaan semakin dalam, semua tetap kan kembali menyatu bersama pada kesempatan yang lain ketika adanya kegiatan program Muhammadiyah yang dijalani. Bagi yang baru memasuki atau memahami biasanya akan terheran atu terkejut, yang terkadang memang tidak memilih ingin aktif dalam struktural Muhammadiyah karena lebih merasa nyaman sebagai warga kultural Muhammadiyah.

Salah satu tujuan berorganisasi di Muhammadiyah adalah dakwah amar makruf nahi mungkar dengan menjalankan ajaran Islam, namun hal ini bisa menjadi kontradiksi bila ternyata prinsip ini tidak bisa diamalkan di dalam Muhammadiyah itu sendiri jika adanya perselisihan, perpecahan dan perdebatan yang tak kunjung selesai karena sakit hati yang mendalam hingga diingat sampai mati. Padahal dosa manusia saja selalu dihapus setiap tahun setiap idul fitri ditambah bila mengamalkan pusa sunnah yang memiliki fadilah diampuni dosa bahkan sampai lama. Hanya karena ada penilaian dan juga karena masukan tidak diterima sampai membuat hati sempit, pikiran panas dan jiwa membara bila bertemu. Seharusnya sebagai orang Muhammadiyah yang paham ajaran Islam dalam berorganisasi, harusnya situasi iru sudah selesai karena lebih fokus untuk banyak bekerja beramal dan tak perlu banyak bicara jika hanya bualan kosong. Ini menunjukkan bahwa jalan bermuhammadiyah di beberapa tempat dan daerah tertentu belum selesai untuk khatam pada perselisihan, akibatnya amal usaha Muhammadiyah tidak ada yang jalan, tidak ada yang baru lahir, dan tidak ada peningkatan apalagi penambahan. Akan terus stagnan bagaikan kehidupan yang tak punya arah, bila terus-terusan pada perselisihan yang tak kunjung mereda apalagi selesai dengan sikap tawakal ilalloh karena serahkan kembali pada Allah semata bukan pada ego belaka.

Sesama penikmat telaga Muhammadiyah tidak perlu saling fitnah dan saling menyerang sehingga mempengaruhi kader muda dan juga angkatan muda Muhammadiyah, yang seolah diarahkan layaknya organisasi partai politik. Jika masih terjadi saling fitnah hanya karena persoalan duniawi yang membuat lupa ukhrawi dan Muhammadiyah, maka bersegeralah meluruskan niat dengan istighfar kepada Allah. Termasuk bila ternyata masih sama-sama penikmat, peminum, dan pengguna segala fasilitas atau kemudahan di Muhammadiyah lantas justru malah saling lermsg dingin, iru tanda nya bukan dakwah amar makruf nahi mungkar lagi, melainkan menciptakan kemungkaran baru di Muhammadiyah sehingga kemakfuran jadi sirna menghilang. Sekeras apapun perbedaan pendapat hanya karena soal politik praktis, pemahaman agama dan model berorganisasi jangan sampai membuat menjadi manusia setengah iblis yang berada di lingkungan Muhammadiyah. Hal itu selain dapat memalukan diri sendiri juga akan membuat citra diri semakin rendah sehingga tak lagi mampu bersikap di dalam lingkungan kehidupan Muhammadiyah. Jangan hanya karena nafsu dan emosi berorganisasi, membuat terjadinya perpecahan yang padahal sesama penikmat Muhammadiyah bahkan pemain lama. Harus bisa mengukur diri dan sadar diri atas selama ini bermuhammadiyah, supaya tidak mudah memandang rendah atau lemah yang lain apalagi memandang orang Muhammadiyah lain layaknya musuh yang wajib dibunuh atau diperangi. Saling menyadarkan diri sendiri jauh lebih bijak agar menciptakan nuansa bermuhammadiyah seusai pada jalur relnya.

Selama ini memang bila terjadi fitnah dan pertengkaran di lingkungan Muhammadiyah, umumnya mereka para senior yang sama-sama sudah lama menikmati kehidupan Muhammadiyah tapi mulai luntur rasa ikhlas terhadap perjuangan. Ada yang merasa dijatuhkan sejatuh-jatuhnya dan ada pula yang merasa ditinggikan-setingginya, padahal Muhammadiyah organisasi yang egaliter dan elegan mengedepankan hikmah kebijaksanaan. Bukan justru mendekati pada kultus, doktrinal, raja, bos juga termasuk bukan berarti hilang adab, etika, moral, akhlak dan budi pekerti. Bila dulu pernah kompak bersama berjuang, kenala harus kini menjadi pecah saling fitnah menjatuhkan dengan para generasi baru Muhammadiyah atau anggota pengikut setia. Jangan jadikan persyarikatan Muhammadiyah itu seperti orpol, seperti yayasan pribadi, seperti barang taruhan, dan jangan seperti alat atau mainan sesukanya. Jangan buat nama Muhammadiyah buruk hanya karena arogansi berorganisasi karena suka saling fitnah, suka saling tuding apalagi suka saling menjatuhkan. Karena itu semua bukan model dakwah Muhammadiyah yang berkemajuan.

Masih maklum bila sesama Muhammadiyah tetapi berbeda pendapat, berbeda pandangan dan berbeda prinsip terhadap sesuatu. Asalkan jangan sampai jatuh pada saling fitnah dan saling pecah, yang pada dasarnya sama-sama pernah menikmati telaga Muhammadiyah dan menikmati keuntungan lagi manfaat di Muhammadiyah. Perbanyak istighfar bila rasa benci muncul begitu besar di Muhammadiyah, Perbanyak bersyukur tahmid bila mendapat rezeki di Muhammadiyah dan Perbanyak berbagi sedekah bila banyak nikmat yang datangnya berlebihan di Muhammadiyah. Sebab itu tidak akan membuat rugi apalagi hina, yang ada malah membuat semakin tumbuhnya rasa kekeluargaan yang hangat dan harmonis. Hilangkan saja ego sesat bermuhammadiyah dan jauhi saja sikap arogan bermuhammadiyah, karena tidak ada yang tahu mana yang paling dijamin oleh Allah sebuah rahmat, syafaat dan jannah nantinya. Untuk itu sesama penikmat dan peminum telaga air di Muhammadiyah baik proyek, bantuan, hibah, fasilitas, jabatan, profesi, lingkungan, dan lainnya. Tak perlu sampai terlalu jauh untuk saling fitnah dan saling pecah, namun masih wajar bila hanya sekedar perbedaan pendapat karena mungkin juga berbeda pendapatan. Bermuhammadiyah dengan jalan ihsan dan tawakal, serta jadilah orang Muhammadiyah yang terus mencerahkan, menggerakkan dan memajukan. Tinggalkan segala keburukan yang hanya dapat merusak lingkungan dan diri sendiri, karena selama masih sama-sama orang Muhammadiyah yang berjuang untuk persyarikatan, maka bangunlah kedekatan harmoni agar dapat membangun amal usaha Muhammadiyah dengan mudah, lancar, mulus, dan tentunya semakin progresif.

Oleh : As’ad Bukhari, S.Sos., MA
(Analis Intelektual Muhammadiyah Islam Berkemajuan)