RAGAM  

Antara Kader, Keder dan kadrun di AUM

Oleh : Salman Rifqi Saputra

WARTAMU.ID, Menyoal makna kader, ada banyak sudut pandang untuk kata tersebut. Ada yang mengartikan bahwa kader merupakan orang yang telah dibina dan dipersiapkan untuk melanjutkan estafet sebuah komunitas, organisasi atau kelembagaan. Namun ada juga yang memaknai kader sebagai ujung tombak sebuah pergerakan. Tentu orang-orang yang telah melalui kaderisasi akan sangat berbeda dengan orang yang hanya muncul ketika momen tertentu, sebut saja kader karbitan. Kader karbitan mungkin secara person terlihat baik-baik saja dan tidak ada masalah jika harus memimpin kelembagaan ; organisasi, sekolah, Yayasan dan lain sebagainya. Tetapi perlu dicatat bahwa karena prosesnya yang instan maka secara rasa, keberpihakan dan keorganikannya pun akan berbeda.

Saya tidak mengatakan bahwa semua kader yang ada di amal usaha Muhammadiyah harus ditempatkan di posisi yang strategis dan terlihat mentereng. Bagaimanapun kondisinya, kader tetaplah kader. Keberpihakannya terhadap persyarikatan akan jauh lebih tinggi dari pada kader yang hanya ingin mencari finansial dan kedudukan di AUM, simpelnya saya sebut sebagai kadrun di amal usaha Muhammadiyah.

Terlalu picik memang jika masih ada saja orang yang mempertimbangkan dan merasa kebingungan memilih kepala AUM, antara kader, wong keder dan kadrun. Apakah sekedar ego dan kepentingan saja yang membuat mereka merasa kebingungan?. Mungkin jawabannya adalah iya, dan sangat iya. Biasanya keberadaan dan entitas kader di suatu amal usaha Muhammadiyah akan menjadi momok dan ancaman yang sangat serius bagi kadrun dan wong keder di AUM. Bisa jadi karena kader tadi banyak menyuarakan tentang bagaimana ber-Muhammadiyah itu tidak hanya fokus pada mencari uang saja di Muhammadiyah, tapi juga bagaimana memikirkan keberlangsungan AUM dan persyarikatan Muhammadiyah.

Terakhir, jika kita cermati pesan KH Ahmad Dahlan “Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah” maka nilai yang terkandung dalam pesan tersebut sangat luas dan mendalam. Mungkin secara tekstual siapapun bisa menterjemahkan pesan ini, tetapi saya yakin bahwa secara kontekstual kader yang sudah berproses akan lebih bisa untuk mencermati dan menjalankan apa yang disampaikan oleh Kyai Dahlan ini.

Oleh : Salman Rifqi Saputra