WARTAMU.ID, Humaniora – Muhammadiyah adalah organisasi islam berkemajuan yang dibawa oleh Kiyai Ahmad Dahlan dengan misi mencerdaskan umat dari segala keterbelakangan. Kiyai Ahmad Dahlan di masanya merupakan Kiyai Muda yang progresif, namun memiliki sifat yang sangat santun, berakhlak, beretika, beragama, berjiwa sosial, peduli dan juga senantiasa mengedepankan sifat sabar lagi ikhlas. Kiyai Ahmad Dahlan bukan seorang Kiyai Muda yang congkak, sombong, keras kepala dan tidak pernah membawa nama besar ayahnya, kakeknya, trah keluarganya dan semua kebesaran status nasabnya. Sebab, bagi Kiyai Ahmad Dahlan adalah menjadi seorang tokoh agama yang membawa nilai keagamaan, keislaman dan kemajuan.
Ajaran yang selalu diberikan kepada santrinya selain ilmu agama dan ilmu dunia, Kiyai Ahmad Dahlan senantiasa mengajarkan adab dan akhlak atau sama dengan etika dan moral dalam budi pekerti luhur. Di masanya Kiyai Ahmad Dahlan yang merupakan anak Kiyai Tokoh besar Kauman saja masih banyak yang menghina dan mengucilkannya. Akan tetapi beliau tetap sabar dan terus mengabdi pada ummat. Sosok Kiyai Ahmad Dahlan Muda itu memberikan contoh kepada generasi awal yang jadi santrinya agar menjadi generasi yang beretika dan bermoral dengan nilai adab dan akhlak. Sebab generasi muda di kalangan ningrat dan bangsawan era Kiyai Ahmad Dahlan banyak yang hanya bangga dnegan nama besar ayah dan kakeknya atau keluarga besarnya, sehingga tidak menjadi contoh tauladan yang baik bagi ajaran Islam. Kiyai Ahmad Dahlan adalah sosok generasi muda di eranya yang berproses panjang dalam belajar agama hingga sampai jadi pemimpin persyarikatan Muhammadiyah yang besar ini.
Etika dan moralitas adalah kulturnya Muhammadiyah yang mengajarkan pada pentingnya adab dan akhlak dalam menjalani kehidupan untuk mencapai tujuannya. Pentingnya etika itu merupakan kesadaran terhadap aturan, hukum, norma, kaidah, maupun ajaran agama agar tidak menjadi insan yang ujub dan riya. Etika perlu dijaga, agar setiap yang dilakukan itu tidak merugikan diri sendiri, merugikan orang lain apalagi sampai merugikan aturan yang ada. Etika Kiyai Ahmad Dahlan dalam menghadapi problematika sungguh sangat bijaksana, mulai dari arah kiblat, sholat id di lapangan, perempuan belajar, membuat organisasi dengan mengikuti dan mengatur aturan pemerintah hindari Belanda saat itu. Sungguh etika teladan yang baik dari Kiyai Ahmad Dahlan kepada semua pengikutnya tercermin dalam sejarah.
Moralitas yang diajarkan oleh Kiyai Ahmad Dahlan merujuk pada ajaran Al Qur’an dan As Sunnah, sehingga moralitas dibangun tidak hanya atas dasar hukum positif maupun hukum negara saja, melainkan juga berdasarkan hukum agama. Moralitas itu ciri warga Muhammadiyah yang diajarkan oleh Kiyai Ahmad Dahlan melalui konsep teologi yakni teologi wal Asri, teologi al maun dan teologi syahadat. Nilai teologis itu merupakan bentuk konsep moralitas yang harus dijaga, agar menjadi insan atau manusia yang bisa sadar diri, muhasabah diri dan koreksi diri atas perbuatan atau perilaku. Jika mampu menjaga moralitas, maka akan selangkah lebih maju ke tingkat insanul kamil. Itulah penting moralitas dalam bermuhammadiyah, agar setiap kegiatan, agenda, perencanaan dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Dengan etika dan moralitas, itu sama dengan membangun kultur Muhammadiyah yang telah diajarkan oleh Kiyai Ahmad Dahlan. Erika dan Moralitas bagian dari ajaran agama islam dalam adab dan akhlak sebagai manusia yang senantiasa berusaha agar selamat hidup di dunia dan akhirat. Karena kehidupan tidak hanya untuk orientasi pada duniawi saja, melainkan juga orientasi pada ukhrawi. Maka jadilah warga Muhammadiyah yang memiliki etika dan menjaga moralitas di Muhammadiyah, karena itulah kultur dan budaya Muhammadiyah yang telah banyak mengajarkan seluruh umat agar menjadi umat yang cerdas lagi mencerahkan. Jangan nafsu dunia dapat mengendalikan akal bahkan iman, sehingga melanggar atau justru menabrak nilai etika dan moral. Jadilah manusia yang bermanfaat bagi sesama manusia dengan menjaga adab dan akhlak sebagai penuntun jalan keselamatan hidup menuju kehidupan yang hakiki pada nantinya.
Oleh : As’ad Bukhari, S.Sos., MA.
(Analis Intelektual Muhammadiyah Islam Berkemajuan)