WARTAMU.ID, NTB – MDMC Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, melalui program Siap Siaga, mengimplementasikan program ‘Karang Tangguh’ di Kabupaten Lombok Utara dan Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Siap Siaga merupakan program kemitraan antara Australia dan Indonesia yang bertujuan memperkuat ketangguhan bencana di Indonesia dan kawasan Indo-Pasifik.
Salah satu rangkaian kegiatan dari program Karang Tangguh adalah pelaksanaan simulasi bencana atau geladi lapang di Desa Adat Sade Rembitan, Kabupaten Lombok Tengah, pada 27 Agustus 2024. Simulasi ini memfokuskan pada bencana gempa bumi, mengingat Pulau Lombok pernah terdampak gempa berkekuatan besar pada tahun 2018, serta potensi gempa megathrust yang mengancam seperti yang disampaikan oleh BMKG akhir-akhir ini.
Tujuan utama simulasi gempa ini adalah untuk menguji kapasitas masyarakat yang berada di Desa Adat Sade Rembitan dalam menghadapi bencana gempa bumi. Selain di Desa Adat Sade Rembitan, kegiatan simulasi ini juga akan dilaksanakan di empat desa lainnya, yaitu Desa Pemenang Timur (7-8 September 2024), Desa Kopang Rembiga (11-12 September 2024), Desa Dangiang (17-18 September 2024), dan Desa Medana (23-24 September 2024).
Menurut Program Manager Karang Tangguh, Priyo A. Sancoyo, tujuan utama dari program Karang Tangguh adalah untuk menggalang semangat gotong royong masyarakat dalam mengurangi risiko bencana. Program ini juga mempersiapkan masyarakat dan pemerintah desa agar lebih tangguh dan mandiri dalam menghadapi kejadian bencana secara mandiri, berkelanjutan, dan inklusif.
“Harapannya setelah masyarakat di Desa Adat Sade Rembitan memahami cara mitigasi bencana di desanya maka akan terwujud Desa Wisata Tangguh Bencana (Dewitana),” ujar Priyo.
Simulasi di Desa Rembitan ini dihadiri oleh Ketua MDMC Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi NTB, Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah, Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Kabupaten Lombok Tengah, serta unsur Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) Pujut. Masyarakat setempat dan wisatawan juga turut berpartisipasi dalam kegiatan ini, mengingat Desa Rembitan merupakan desa wisata yang sering dikunjungi wisatawan.
Priyo menekankan bahwa simulasi ini sangat penting karena gempa bumi adalah bencana alam yang belum dapat diprediksi dengan tepat dan akurat. “Rangkaian akhir dari pendampingan program Karang Tangguh di Desa Rembitan adalah melakukan uji simulasi geladi lapang rencana kontingensi gempa. Sebelumnya, masyarakat telah melakukan kajian risiko, perencanaan evakuasi dan peringatan dini, serta menyusun perencanaan penanggulangan bencana desa secara partisipatif selama kurang lebih 11 bulan,” tutup Priyo.
Dengan adanya program Karang Tangguh ini, diharapkan masyarakat di Kabupaten Lombok Utara dan Lombok Tengah semakin siap dan tangguh dalam menghadapi bencana alam yang mungkin terjadi di masa mendatang.