WARTAMU.ID, Humaniora – Kontestasi dalam hal politik merupakan hal yang sudah sangat biasa dan bahkan wajar, meskipun menimbulkan banyak kesalahpahaman atau perbedaan. Namun, kontestasi dakwah pun cukup menarik di kalangan internal islam dalam berkehidupan bermasyarakat. Kontestasi dakwah yang dimaksud ialah ketika sesama muslim memiliki perbedaan pandangan, organisasi, mazhab, manhaj dan sebagainya yang berujung pada perdebatan kursir saling merasa benar. Hal ini sering terjadi di semua tingkatan baik dari pengikut atau jamaah sampai pada tokohnya maupun pengurusnya atau pengelola nya dalam sebuah organisasi, komunitas, lembaga atau hanya sekedar majelis pengajian.
Kontestasi dakwah yang paling sering terjadi di kalangan umat muslim Indonesia yakni ketika saling berhadapan dalam perbedaan organisasi islam dan mazhab. Hal membuktikan bahwa umat muslim secara eksplisit dianggap sudah semakin pintar, cerdas, maju karena kemajuan informasi teknologi maupun sosial media. Namun tetap saja umat muslim pun secara implisit masih terlihat bodoh, terbelakang, emosional, penuh kebencian, kekanakan dan sejenisnya. Hanya karena mempertahankan pendapat atas kebenaran sendiri, yang padahal sudah disadari berada pada jalan yang memang sudah berbeda dan tak usah untuk memaksa sama dengan sedikit membuka pemikiran yang lebih bijaksana.
Kontestasi dakwah yang diperlihatkan dalam melakukan syiar dakwah ataupun kegiatan keagamaan keislaman yang cukup beragam itu, hendaknya disikapi dengan keteguhan iman dan kebesaran taqwa. Hal ini juga merupakan perintah Allah kepada manusia agar mampu menyikapi dengan hikmah kebijaksanaan atau dengan memberikan pelajaran yang baik atau juga dengan cara melakukan perdebatan dengan jalan yang baik lagi benar tanpa permusuhan. Apapun itu simbol identitas keagamaan dakwah entah itu organisasi, mazhab, lembaga, yayasan, majelis dan sebagainya tetaplah jaga rasa persaudaraan sesama muslim di kalangan internal sekalipun banyak perbedaan yang sulit untuk disamakan.
Semestinya umat muslim sadar, bawah sesama muslim yang beragama islam dan bertuhankan Allah kita lebih harus menjaga ukhuwah Islamiyah atau kalau perlu saling menjaga satu dengan yang lainnya. Jangan hanya mampu ukhuwah hizbiyyah atau ukhuwah ashobiyyah atau ukhurah harokah saja. Bahkan sesama manusia antar umat beragama saja terkadang kita mampu menjadi muslim yang baik bagi mereka yang padahal lebih banyak berbeda dari segi agama, keyakinan, cara ibadah dan lainnya. Perbedaan itu rahmat, tak ada satu orang pun yang bisa menyamakan semua manusia, golongan, kelompok dan apapun itu.
Berkontestasi dakwah adalah hal yang wajar dan itu dalam prinsip saling berlomba dalam kebaikan, dan bukan justru Kontestasi dakwah itu dengan prinsip saling menjatuhkan, memfitnah, menindas, menghardik, dan memusuhi antar sesama umat muslim yang meskipun memiliki banyak perbedaan secara identitas. Semua ujungnya adalah dalam rangka mencari ridho Allah, menjalankan dakwah islam sebagai tugas, sebagai bentuk bekal amal kebaikan, dan tentunya dalam rangka mengajak kebaikan menuju kepada Allah dan Rasul Nya. Tidak akan ada habisnya jika terus berdebat dalam perbedaan, sebab tidak lah akan bisa sama jika memang sudah kokoh berdiri di atas pilihan keyakinan sendiri. Tinggal bagaimana caranya agar tetap bisa berhubungan baik, menjaga keharmonisan, mengedepankan persaudaraan apalagi semua muslim, menghindari perdebatan kusir dan tentunya tidak memecah belah barisan sebagai sesama hamba Allah. Ini semua bisa dilakukan dengan kesabaran dan kesadaran yang tinggi, serta dengan cara terus banyak menuntut ilmu agar haus dalam segala hal sehingga tidak buta maupun tidak menjadi manusia yang hina lagi lemah karena keterbatasan yang dimiliki.
Oleh : As’ad Bukhari, S.Sos., MA
(Analis Kajian Islam, Pembangunan dan Kebijakan Publik)
Artikel ini merupakan kiriman pembaca wartamu.id. (Terimakasih – Redaksi)