WARTAMU.ID, Humaniora – Tidak perlu ada orang yang selalu mempertanyakan sejauh mana Muhammmadiyah membangun bangsa ini, atau hanya ingin menyudutkan peran Muhammmadiyah dalam beberpa hal. Meskipun organisasi masyarakat berbasis islam, tapi Muhammmadiyah itu setengah negara dan merupakan separuh jiwa bangsa Indonesia. Kontribusi serta peran Muhammmadiyah dari awal hingga sampai hari tentu memiliki perbedaan dan juga nuansa yang beragam. Akan tetapi esensi dalam membantu negara baik di dalam atau di luar pun tetap akan terus dilakukan oleh Muhammmadiyah. Bila masih ada keraguan datang menghampiri Muhammmadiyah, biasanya itu datang dari orang yang penuh sentimen, polemik dan problematik yang cari perhatian terhadap Muhammmadiyah. Level Muhammmadiyah di jajaran pusat itu ialah sangat pencerah, sang pemberi dan juga sang penolong. Kekuatan Muhammmadiyah tidak hanya dari aset yang miliki saja, melainkan kekuatan moral, dukungan, ikatan, kekeluargaan dan keikhlasan yang menjadi prinsip utamanya. Sepanjang perjalanan tentu ada tantangan dan rintangan Muhammmadiyah khususnya dalam sosial serta politik, yang membuat setiap dinamika kemajuan akan dirasakan dalam kondisinya.
Indonesia yang juga merupakan negara besar ini tidak akan pernah bisa tuntas bila hanya dikerjakan oleh pemerintah semata tanpa adanya dukungan dan bantuan seperti Muhammmadiyah. Tugas mencerdaskan, memajukan dan memberdayakan pun dilakukan oleh Muhammmadiyah agar bisa mengejar ketertinggalan yang ada. Saling memberi dan menerima senantiasa menghampiri negara dengan Muhammmadiyah atau sebaliknya yakni Muhammmadiyah dengan negara terhdap masyrakat Indonesia. Mewujudkan negri yang baldatun thoyyibatun wa rabbun ghofur tidak hanya sebatas teori juga retorika saja, melainkan langkah nyata dengan nilai spritualisme teologis untuk dapat mencapai peradaban yang sesungguhnya bersama Muhammadiyah tentunya. Muhammadiyah dianggap kecil pun tak jadi hina, dianggap lemah pin tak jadi mundur, dianggap beban pun tak akan lah mungkin, dianggap sepele pun tak akan jatuh karena kekuatan Muhammadiyah yang progresif lagi konstruktif.
Muhammmadiyah selalu taawun untuk negeri dalam rangka ikut andil memajukan bangsa ini dari kebodohan, kemiskinan, dan kesenjangan bahkan kekafiran lagi kezaliman. Konsep taawun bukan hanya sekedar ilmu dan teori semata, sebab juga merupakan kalam Allah sebagai wahyu terhadap manusia agar saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan serta jangan sampai sebaliknya tolong menolong dalam keburukan apalagi permusuhan. Walaupun taawun yang diberikan Muhammmadiyah masih dianggap belum seberapa, tetapi setidaknya Muhammmadiyah telah membangun umat agar kembali taat pada jalan Allah dan Rasul Nya. Karakter berkemajuan itu tampak sebagai persyarikatan Muhammmadiyah yang selalu berusaha taawun dengan aplikasi dakwah nya juga amal usahanya dalam mempraktikkan teologi al main sekaligus teologi wal asri. Sedikit banyak Muhammmadiyah telah taawun dalam berbagai aspek kehidupan, telah memberikan kontribusi besar terhadap kebangsaan dan keagamaan. Taawun yang dilakukan Muhammmadiyah saja masih dinilai sedikit dan kurang besar, apalagi yang dilakukan oleh organisasi atau kelompok lain di luaran sana yang mungkin masih hanya fokus meminta dan mengharap belas kasih. Taawun secara retoris mudah diucap, akan tetapi secara praktis tidak semudah membalikkan telapak tangan ketika harus berkorban besar mengeluarkan harta benda untuk Muhammmadiyah. Karena taawun Muhammmadiyah adalah panggilan iman dan panggilan spiritual, bukan panggilan citra, politis apalagi pujian semata saja.
Upaya tolong menolong dalam konteks negara itu bukan hal yang mudah, termasuk bila ingin dikaitkan dengan yang sifatnya anggaran ataupun materi. Secara historis apa yang telah dilakukan oleh Muhammmadiyah itu selalu dalam rangka taawun yang esensi nya adalah kemajuan islam, kehormatan islam dan kejayaan islam yang lebih beradab. Umumnya banyak pihak lebih memilih sebagai mustahik bangsa ketimbang menjadi Muzakki bangsa, dan tak mampu untuk taawun dalam kategori harta benda bila dapat membuat kehilangan harta benda yang dimiliki nya. Level tertinggi iman adalah ketika berani, sanggup dan mampu menyalurkan harta terbaiknya untuk kemaslahatan umat sebagai bentuk pengejawantahan taawun yang ikhlas dan istiqomah. Itukah kenapa Muhammmadiyah selalu taawun untuk membangun bangsa Indonesia yang tidak hanya sebatas memikirkan kepentingan persyarikatan semata saja.
Membiasakan dalam taawun itu butuh pengorbanan yang tinggi dengan sikap ikhlas sudah merasa cukup dengan yang telah ada. Kini saatnya taawun untuk umat manusia agar dapat memberikan manfaat yang lebih luas, itulah yang akan terus diupayakan oleh Muhammadiyah. Muhammadiyah selalu taawun bukan karena pencitraan, haus pujian, kedok semata apalagi bertujuan ujub, sebab bukan untuk itu melainkan untuk menyelamatkan umat dari pendangkalan iman, aqidah, tauhid dan agama. Ini merupakan tugas mulia yang cukup berat bila tidak memiliki kesadaran tinggi untuk mewujudkan kesejahteraan umat. Dulu, kini dan kelak Muhammadiyah tentu akan terus selalu taawun untuk negri sampai pada berakhirnya kehidupan dunia yang fana ini. Dunia ini harus terus diisi dan dibangun oleh Muhammadiyah dengan segala upaya sumber daya yang ada, agar kembali menemukan jalan kemaslahatan dan jalan kebermanfaatan bagi seluruh umat manusia.
Oleh : As’ad Bukhari, S.Sos., MA
(Analis Intelektual Muhammmadiyah Islam Ber kemajuan)