WARTAMU.ID, Humaniora – Tidak terasa kita memasuki tanggal 17 agustus, telah kita ketahui bangsa Indonesia merayakan kembali kemerdekaannya di tanggal 17. Rasa nasionalisme masih terpatri dengan apik pada masyarakat Indonesia, terlihat dari meriahnya di sepanjang jalan bendera sang merah putih tertancap dan umbul-umbur memeriahkan kemerdekaan Indonesia.
Tahun 1945 menjadi momentum bersejarah bagi Republik Indonesia. Secara de facto, pada 17 Agustus 1945 Indonesia menyatakan diri sebagai bangsa yang siap untuk berdiri tegak di atas tanah air berasaskan Pancasila. Pembacaan teks Poklamasi oleh Bung Karno 77 tahun silam, menjadi tonggak awal perjalanan bangsa ini menuju kemerdekaan sejati.
Dalam bukunya Prof. Ahmad Mansyur Suryanegara yang berjudul Api Sejarah 2, menjelaskan teks proklamasi digagas oleh Ir. Soekarno, Drs. M.Hatta dan Mr. Achmad Soebardjo. Semoga kita selalu merawat api kemerdekaan yang tertuang dalam teks proklamasi.
Masa depan bangsa Indonesia sangatlah ditentukan oleh para generasi muda bangsa ini karena pemuda hari ini ialah masa depan bangsa. Oleh sebab itu, setiap pemuda Indonesia mempunyai peran, baik yang berstatus pelajar, mahasiswa, ataupun yang sudah menyelesaikan pendidikannya. Semuanya merupakan faktor-faktor penting yang sangat diandalkan oleh bangsa ini dalam mewujudkan cita-cita bangsa.
Umat Islam Dalam Perjuangan Kemerdekaan
Jika Indonesia daging maka Islam adalah darahnya, begitulah kata Tan Malaka salah satu pembela kemerdekaan Indonesia juga merupakan salah satu Pahlawan Nasional. Seirama dengan Bung Tomo juga pernah berkata, andai tidak ada takbir lalu dengan apa kita mengusir penjajah. Ini artinya bahwa secara historis kemerdekaan Indonesia memiliki kaitan erat dengan Islam.
Terbuti dengan hadirnya ulama-ulama pejuang kemerdekaan salah satunya ulama besar M.Natsir yang diakui Dunia, seorang da’i, pendidik dan politisi ulung yang mempersatukan negara-negara boneka buatan kolonial Belanda dengan mosi yang terkenal, Mosi Integral Natsir. Semoga kita bisa mengambil api semangat M.Natsir dalam mengharumkan Bangsa Indonesia.
Dalam bukunya Sejarah Peradaban Islam miliknya Prof.Dr. H. I. Nurul Aen, MA, dijelaskan sejarah telah mencatat sederet pahlawan Islam Indonesia dalam melawan Belanda yang sebagian besar melupakan Ulama atau Para Kyai di antara, di Pulau Jawa misalnya Sultan Ageng Tirtayasa, Kiyai Tapa dan Bagus Buang dari kesultanan Banten, Sultan Agung dari Mataram dan Pangeran Diponegoro dari Jogjakarta memimpin perang Diponegoro dari tahun 1825-1830 bersama panglima lainnya seperti Basah Marto Negoro, Kyai Imam Misbah, Kyai Badaruddin, Raden Mas Juned, dan Raden Mas Rajab.
Kemudian, dari Jawa Barat misalnya Apan Ba Sa’amah dan Muhammad Idris memimpin perlawanan terhadap Belanda sekitar tahun 1886 di daerah Ciomas. Juga tidak lupa sosok KH. Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari ikut serta dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Di pulau Sumatra tercatat nama-nama, Tuanku Imam Bonjol dan Tuanku Tambusi (Memimpin perang Padri tahun 1833-1837), Dari kesultanan Aceh misalnya Teuku Syeikh Muhammad Saman atau yang dikenal Teuku Cik Ditiro, Panglima Polim, Panglima Ibrahim, Teuku Umar dan istrinya Cut Nyak Dien, Habib Abdul Rahman, Imam Leungbatan, Sultan Alaudin Muhammad Daud Syah, dan lain-lain.
Pemuda Dalam Kemerdekaan
Sejarah telah mencatat bahwa kaum pemuda berperan dan berpartisipasi aktif dalam setiap gerakan politik untuk mencapai cita-cita kemerdekaan bangsa dan negara. Pemuda hari ini harus lebih progressif dan revolusioner dalam memperjuangkan kemajuan bangsa. Sosok pemuda ideal bagi bangsa adalah sosok pemuda yang berjiwa nasionalis, yang mempunyai cita-cita tinggi untuk kemajuan bangsa.
Dalam tulisannya Dr. Agnes Setyowati Akademisi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Pakuan, Bogor, Jawa Barat. Menjelaskan, Sejak tahun 1900-an, kelompok muda nusantara telah tampil sebagai pelopor dalam memperjuangkan perubahan dan keluar dari belenggu penjajahan Belanda. Hasrat untuk merdeka mulanya terinspirasi dari berbagai peristiwa sejarah yang terjadi di negara lain, seperti kemenangan Jepang melawan Rusia (1904-1905) dan keberhasilan gerakan kelompok muda Turki dalam melawan kekuasaan absolut pada 1908.
Dua peristiwa ini membangkitkan semangat nasionalisme di Asia, termasuk Indonesia, yang akhirnya menginspirasi sejumlah kelompok muda nusantara dari sekolah kedokteran Stovia untuk membentuk organisasi modern bernama Boedi Oetomo pada tanggal 2 Mei 1908. Saat itu, kesadaran untuk berorganisasi yang ditularkan oleh Boedi Oetomo menyebar dengan cepat hingga kemudian membangkitkan semangat nasionalisme di kalangan pelajar dan mahasiswa Hindia di negeri Belanda yang tergabung dalam organisasi Indische Vereeniging atau Perhimpunan Hindia dan mulai memikirkan masa depan Indonesia.
Terinspirasi dari Boedi Oetomo, pada 1921 Muhammad Hatta kemudian membentuk organisasi Perhimpunan Indonesia (PI) dan kian lantang menyuarakan pentingnya semangat kebangsaan dan kemerdekaan melalui berbagai tulisan di surat kabar. Dari sini kemudian muncul berbagai organisasi kelompok muda serupa yang membawa semangat etnonasionalisme dan kedaerahan masing-masing dan terdorong oleh visi dan semangat kebangsaan yang sama seperti Jong Sumatera, Jong Ambon, Jong Celebes dan masih banyak lagi.
Hingga akhirnya terjadi peristiwa Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, sebuah kongres yang diselenggarakan di Jakarta oleh para pelajar Sekolah Menengah Atas dan mahasiswa dari seluruh wilayah nusantara. Tujuan dari kongres ini adalah membangun tekad, semangat kebangsaan, dan cita-cita untuk lepas dari belenggu penjajahan dan menjadi bangsa yang merdeka.
Ikrar ini sekaligus menjadi tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia dan sekaligus merupakan kristalisasi semangat kebangsaan untuk merealisasikan cita-cita berdirinya negara Kesatuan Republik Indonesia. Di masa ini Soekarno menjadi salah satu tokoh muda yang paling lantang dan aktif menyuarakan pentingnya kemerdekaan bagi masyarakat Indonesia.
Semangat kemerdekaannya bersama tokoh muda lainnya tidak pernah surut hingga kekuasaan Belanda dan Jepang berakhir. Kemudian, ketika Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu, sejumlah tokoh-tokoh muda terus tampil menjadi katalisator proklamasi kemerdekaan. Hingga akhirnya pada 17 Agustus 1945, atas desakan kelompok muda, Soekarno yang juga terinspirasi dari Sumpah Pemuda memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
Sederet peristiwa sejarah Indonesia di masa lalu yang mencatat peran penting dan keterlibatan pemuda sebagai agen perubahan demi Indonesia yang lebih baik harus terus dimaknai sebagai perjuangan yang tidak akan pernah selesai. Oleh karena itu, wacana sejarah dan memori kolektif bangsa masa lalu yang melibatkan tokoh-tokoh penting kaum muda dalam berbagai peristiwa sejarah beserta perubahan-perubahan yang dilakukannya juga harus terus digulirkan. Ini perlu dilakukan untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air dan mengingatkan kelompok muda Indonesia tentang pentingnya kehadiran kaum muda sebagai harapan yang membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik. Dirgahayu Republik Indonesia.
Oleh : Ramdan, M.Sos
Komisi Infokom MUI Lampung
Ketua Pendidikan & Kaderisasi PDPM Bandar Lampung
Artikel ini merupakan kiriman pembaca wartamu.id. (Terimakasih – Redaksi)